Selasa, 27 Juli 2010

Kapolri Dihadiahi Peti Mati


KAPOLRI -- Kapolri Jenderal Polisi Drs. Bambang Hendarso Danuri (kanan) didampingi Kapolda NTT, Brigjen Polisi Drs. Yorri Yance Worang (kiri) ketika tiba di Bandara Udara El Tari-Kupang, Senin (26/7/2010).
Kupang, MM.co.cc - Kunjungan Kepala Polri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri disambut unjuk rasa di Markas Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur, Kupang, Senin (26/7). Kapolri Bambang didesak mengusut tuntas kematian seorang aktivis liga mahasiswa nasional untuk demokrasi (LMND).
Demonstran menduduki ruas jalan sejak pagi. Mereka mahasiswa dari berbagai organisasi di Kupang. Mereka datang mengusung peti jenazah sebagai tanda belasungkawa bagi Herman. Ialah aktivis korban tindakan anarkis polisi hingga tertembak mati, Senin silam.
Mahasiswa terus-menerus berteriak depan Polda NTT. Dengan harapan, Kapolri mendengar aspirasi mereka dari dalam. Gayung bersambut, mahasiswa dipertemukan dengan Jenderal Polisi Bambang Hendarso. Mereka sontak menyodorkan surat pernyataan sikap ke pucuk pimpinan kepolisian itu.
Surat tersebut berisikan desakan bagi Kapolri untuk mengusut tuntas motif penembakan Herman. Mereka berharap sanksi tegas dan seberat-beratnya diberikan kepada pelaku penembakan. metrotvnews.com
 

Jumat, 23 Juli 2010

Empat Kabupaten di NTT Rendah Serap Raskin

Kupang, MM.co.cc - Sebanyak empat dari 21 kabupaten/kota di di Nusa Tenggara Timur, tercatat sebagai kabupaten yang memiliki tingkat serapan terhadap beras miskin rendah di wilayah kepulauan ini.

“Sampai dengan tanggal 20 Juli 2010 empat kabupaten, yakni Kabupaten Manggarai Timur, Sumba Tengah, Timor Tengah Selatan dan Sikka, tingkat serapan terhadap beras miskin masih tergolong rendah atau dibawah 38 persen, dibanding dengan empat kabupaten lainnya diatas 60 persen,” kata Kepala Devisi Regional Perum Bulog Kupang, Marwan Lintang, di Kupang, Rabu (21/7).

Ada sejumlah kendala yang menjadi faktor rendahnya tingkat serapan beras miskin wilayah di Nusa Tenggara Timur. Diantaranya, faktor ketersediaan pangan di tengah masyarakat masih cukup, karena saat ini sedang berlangsung panen dan faktor pelunasan pajak bumi dan bangunan yang menjadi prioritas rumah tangga miskin serta ketersediaan uang bagi penerima manfaat untuk menebus raskin.

Selain itu, katanya, lambannya koordinasi serta persiapan kepala desa dan lurah untuk mengurus raskin bagi sekitar 553.770 rumah tangga sasaran di provinsi kepulauan itu, menjadi kendala lain yang ditemui di lapangan.

Ia mengatakan kalau alasan ketersediaan dana tebusan dari RTS sebagai kendala, sangat tidak mungkin karena pagu anggaran yang ditetapkan untuk 13 kg dan telah dinaikkan menjadi 15 kg/RTS hanya sebesar Rp1.600 hingga titik distribusi. (ANT)

Jumat, 16 Juli 2010

Awal mula Misi Khatolik di Keuskupan Maumere

Menurut L. Lame Uran (dalam buku sejarah perkembangan misi Flores Diosis Agung Ende),masuknya agama katolik di Maumere,diawali dengan datangnya 2 orang Pater Dominikan pada tahun 1566 yaitu: P. Joao Bautista da Fortalezza di Paga dan P.Simao da Madre de Deos di Sikka.Kedua misionaris tersebut dikirim oleh P.AntOnio da Cruz dari Larantuka (yang pada waktu itu menjadi pusat misi kepulauan Solor)untuk membangun stasi atau menyebarkan agama katolik di pesisir pantai Pulau Flores bagian tengah.
Pada tahun 1613 ketika Belanda menaklukan Portugal dan menduduki Benteng Solor,kedua misionaris tersebut ditawan.Pada tahun tersebut panglima Scotter (panglima Belanda) melaporkan jumlah umat Katolik di Misi Kepulauan Solor : 2450 keluarga (12.000 jiwa), 200 keluarga diantaranya terdapat di Maumere / Sikka.
Pada tahun 1615 Belanda meninggalkan Benteng Solor.Pada tahun 1617 P. Visitator Joao das Chagas dan P.Manuel de Sa mengunjungi Sikka. Mereka diterima umat dengan gembira.Ditempat tersebut sudah ada gereja,namun pastornya ditawan oleh Belanda.Oleh karena itu P.Manuel de Sa menetap sementara di Sikka,sementara P.Visitator Joao das Chagas menuju Paga.Di Paga mereka ditolak,sehingga rombongan melanjutkan perjalanan ke Ende.Setelah melayani umat di Pulau Ende,dalam perjalanan pulang ke Larantuka,P.Visitator singgah lagi di Paga.Kali ini mereka diterima dengan baik,sehingga Visitator menempatkan lagi seorang imam di Paga yaitu P.Gaspar da Cruz.
Pada tahun 1618 Benteng Solor diduduki kembali oleh Belanda.Orang Islam yang bersekongkol dengan Belanda menjadi lebih beringas terhadap orang Portugis,termasuk para pastornya.Diceritakan bahwa pada awal tahun 1621 ketika P.Joao Bautista da Fortalezza dan P.Simao da Madre de Deos berlayar dari Maumere menuju Larantuka untuk menemui pembesar mereka, perahu yang mereka tumpangi terbawah arus ke Lamalera.Di pantai Lamalera berlabuh sebuah kapal milik orang Islam dari Lamakera.Mendengar ada 2 pastor Portugis tiba di Lamalera,pelaut Lamakera mau menangkap mereka,namun disembunyikan oleh masyarakat setempat.Pelaut-pelaut menyandra 90 orang Lamalera yang dituduh menyembunyikan pastor.Mendengar masyarakat disandra,kedua pastor tersebut menyerahkan diri.Mereka dibawah ke Lamakera,dianiaya,dan dibunuh secara kejam (kepalanya dipenggal,hati dan jantungnya dimakan)pada tanggal 20 Januari 1621. Roma (Takta guci) mengijinkan kedua pastor tersebut dihormati sebagai Martir (L.Lame Uran. hal 81).Tidak ada catatan mengenai karya ke 4 Pastor Dominikan tersebut selama bertugas di Sikka,Paga dan wilayah pesisir pantai utara Maumere.Pada tanggal 21 Desember 1651 dua visitator dari Goa(India) yaitu P.Joao Rangel dan P.Joao da Costa tiba di Maumere.Disebelah barat Maumere telah terdapat stasi Ndondo dan sebelah Timur ada stasi Krowe,yang didirikan antara tahun 1566-1575.P.Joao Rangel melanjutkan perjalanan ke Larantuka,sementara P.Joao da Costa menetap di Bajo, mendirikan stasi dan berhasil menobatkan banyak orang kafir.P.Joao da Costa meninggal lalu diganti P.Manoel da Ercarnacao.Selanjutnya selama 2 abad misi katolik seolah berhenti.Selama kurun waktu tersebut,para bapak-bapak konferia yang telah di bina oleh Pastor Dominikan, tetap mengajar agama dan membabtis umat yang kafir.Pada tahun 1853,stasi Sikka di kunjungi imam praja dari Dilli yakni Fr.Gregorio Maria Baretto.
Pada tahun 1862 P.Fransen imam praja dari Larantuka mengunjungi umat di Maumere dan mengajak umat untuk membangun lagi stasi.
Pada tahun 1863 P.Metz imam Yesuit pertama, tiba di Flores (Larantuka) dan mulai bekerja bersama P.Fransen untuk mengembangkan misi Katolik di Pulau Flores.
Tahun 1864 datang lagi 2 imam Yesuit,P.Dijkman dan P.Omzigt ke Larantuka. Tahun 1868 P.Metz mengutus P.Omzigt ke Maumere untuk melihat situasi umat.P.Omzigt melaporkan jumlah umat katolik di Maumere : 6310 orang,( di Maumere, Sikka,Nita,dll).Berdasarkan laporan tersebut,P.Metz membuat laporan ke pembesarnya dan meminta tenaga imam untuk membangun stasi-stasi baru di wilayah Maumere.
Tahun 1873 P.Omzigt ditunjuk sebagai pastor stasi Maumere.Bersama umat,P.Omzigt membangun gereja darurat di bekas SMP Frater (depan gereja St. Yoseph sekarang ) sebagai paroki pertama dengan pelindung St.Yoseph,yang kini menjadi paroki Katedral Keuskupan Maumere. Tahun 1874 P.Omzigt meninggal di Surabaya(dalam perjalanan menuju eropa untuk berobat).Pastor Maumere diganti P.Ten Brink.
Selanjutnya datang lagi beberapa imam/bruder Yesuit para suster Belas Kasih.Mereka mendirikan stasi/paroki baru,sekolah dan asrama sebagi berikut :
Tahun 1874, Sekolah dan asrama putra di Maumere (tahun 1897 pindah ke Lela)
Tahun 1884, Paroki Sikka dan Sekolah dasar dengan P.Lecoque q'Armandville
Tahun 1887, Paroki Koting dan Sekolah dasar dengan P.Ijseldijk.
Tahun 1889, Paroki Nita dengan P.Roupe Van der Voort.
Tahun 1890, Sekolah dan asrama putri di Maumere, yang diasuh oleh Para Betas Kasih Tahun 1899 sekolah dan asrama ini dipindahkan ke Lela.
Tahun 1893, Paroki Lela yang dilayani Pastor Sikka .Tahun 1900 P.Loojimans ditunjuk sebagai Pastor Lela.
Para pastor selain bertugas di paroki,mereka juga melakukan patroli ke daerah lain yang belum ada stasi.Misalnya P.Roupe Van der Voort melakukan partoli sampai ke Mauloo pada tahun 1913 dan membaptis bocah Karel Kale Bale yang menjadi imam pribumi pertama.
Perlu dicatat pula bahwa sejak tahun 1873 sampai dengan 1899 ada 13 misionaris yang bekerja di Maumere,meninggal dunia.10 diantaranya karena menderita penyakit malaria dan 3 orang karena kecelakaan (jatuh dan tenggelam).Mereka yang meninggal yaitu 8 pastor,3 bruder dan 2 suster.
* Nov.1913 Roma mengirim dekrit tentang pembentukan Prefektur Apostolik Sunda kecil derigan prefek Apostolik Mgr.Petrus Noyen SVD sebagai Pembesar Misi Katolik P.Timor. Dalam dekrit tersebut P.Flores dinyatakan diluar Sunda Kecil.
Namun dalam pembicaraan antara Mgr.Noyen dengan pembesar Yesuit, disepakati P.Flores masuk prefektur Apostolik Sunda kecil.Dan ketika berkunjung ke Flores bulan Maret-Juni 1914 Mgr.Noyen telah memilih Ndona sebagai Pusat Misi Kepulauan Sunda Kecil(pada tanggal 29 april 1914).
* 20 Juli 1914 Dekrit dari Kongregasi Penyebaran Iman,bahwa Flores masuk dalam Prefektur Apostolik Sunda kecil dibawah Mgr.P.Noyen SVD.Ini berarti para imam Yesuit yang berkarya di Flores juga akan diganti dengan imam-imam SVD,juga para Suster Belas kasih akan diganti oleh Suster SSpS.Namun karena pecah perang dunia I maka para imam/ bruder SVD yang sudah disiapkan untuk Flores tidak bisa datang.
* Mgr.P.Noyen meminta kesediaan imam/bruder Yesuit dan para suster Belas Kasih untuk tetap berkarya di Flores sampai imam/bruder SVD bisa datang ke Flores .
* Pada tahun 1914 umat Katolik di Maumere tercatat 17.402 orang.Sementara itu Pusat Misi Ndona mulai di bangun tahun 1915(tahun 1915 bangun sekolah standard,tahun 1916 bangun istana Uskup).
* Pada Nopember 1916 Para Suster SSpS tiba di Lela.
* Pada tahun 1917 para imam/bruder Yesuit dan para suster Belas Kasih mulai meninggalkan Flores.
Di Maumere imam/bruder Yesuit yang masih tinggal sebagai berikut :
*Paroki Maumere P. Sevink dan Bruder Olivers.
*Paroki Koting P. Ijsedik dan Bruder Groot
*Paroki Lela P. Muller , Bruder Vester dan Bruder Moehler.
*Paroki Nita P. Engbers.
Mereka bertahan sampai akhir tahun 1919.
Pada bulan Desember 1919 Bruder Bush,Bruder Groot,Bruder Muller,P.Engbers meninggalkan Flores/Maumere,disusul P.Sevink,Bruder Olivers,Bruder Vester,Bruder Moehler.Imam Yesuit yang terakhir meninggalkan Maumere ialah P.Ijseldijk yang mendirikan stasi Koting dan terus berkarya dikoting selama 33 tahun sampai meninggalkan Flores.Kepergian imam-imam Yesuit diganti imam SVD sebagai berikut :
*Paroki Maumere : P.W. Srieter
*Paroki Sikka : P.Bertold Friess, merangkap Lela
*Paroki Nita : P.Frans Mertens
*Paroki Koting : P.Franc Meyer
Dengan datangnya beberapa imam SVD,Mgr.Noyen mendirikan lagi 3 Paroki baru yaitu :
Tahun 1920, Paroki Ili : P.Haarman
Paroki Mauloo : P.L. Flint
Tahun 1921, Paroki Nele : P.Grootman
Mgr.P.Noyen meninggal di Steyl,Belanda pada 24 Pebruari 1921,diganti Mgr.Arnoldus Verstraelen,SVD yang ditabhiskan di Steyl pada 1 Oktober 1922 dan tiba di Ndona tanggal 15 Mei 1923 Mgr.Verstaellen,SVD mendirikan 4 Paroki baru di Maumere yaitu:
•Tahun 1926,Paroki Nangahale:P.Terhyden (sekarang pindah ke Watubaing)Paroki Lei - Palue:Dilayani pastor dari daratan Flores
•Tahun 1927, Paroki Bola : P.Lorscheid dan bruder Frans
•Tahun 1932, Paroki Lekebai : P.Vander Velden
•Tahun 1926, Mgr.Verstraelen juga mendirikan Seminari di Sikka dengan kepala sekolah P.Frans Cornelissen.Seminari ini pada tahun 1929 di pindahkan ke Mataloko.
Tahun 1932 tujuh orang siswa pertama tamat dan melanjutkan studi Filsafat pada
seminari Tinggi yang langsung di buka di Mataloko.Pada tahun 1937 Seminari Tinggi
ini dipindahkan ke Ledalero.
•Tahun 1930 Mgr.Verstraelen menyuruh para pastor mengumpulkan gadis-gadis untuk menjadi anggota Konggregasi St.Maria dan juga untuk menjadi calon suster pribumi yang dikumpulkan di Lela,lalu ke Mataloko pada tahun 1933.Mgr.Verstraelen meninggal 16 Mare 1932 dalam kecelakaan oto.
•Tanggal 25 April 1933 P.Pius XI mengangkat Mgr.H.Leven,SVD. mengganti Mgr. Verstraelen,SVD dan ditabhis di Uden-Belanda pada 12 November 1933.
¨Tanggal 20 April 1934 Mgr.H.Leven,SVD tiba di Ndona
•Tahun 1935 beliau mendirikan Conggregatio Imitatio Jesu (CIJ):
Mgr.H.Leven,SVD mendirikan 4 paroki baru di Maumere yaitu :
¨Tahun 1938 Paroki Watublapi, : P.Hooiveld
•Tahun 1940 Paroki Kewapante, : Dilayani para dosen dari Ledalero.
•Tahun 1945 Paroki Wairpelit, : Dilayani para dosen dari Ledalero.
¨Tahun 1950 Paroki Boganatar, : P.J.Niessen
Perang Dunia II yang pecah tahun 1939 berdampak buruk bagi misi Katolik di Flores sebagai berikut.
¨Tahun 1941 semua misionaris Jerman ditangkap,ditawan dan diasingkan ke India oleh tentara Belanda.
Pada tahun tersebut Mgr.Leven menahbiskan 2 imam pribumi pertama :P.Gabriel Manek SVD dan P.Karel Kale Bale SVD.
•Pada tanggal 15 Juli 1942,119 misionaris asing (75 imam, 15 bruder,29 suster) ditawan dan diasingkan ke Sulawesi (termasuk P.Antonius Thijssen SVD).
•Pada tanggal 15 Agustus 1942 Mgr Leven menahbiskan lagi 2 imam pribumi : P.Yan Bala SVD dan P.Rufinus Pederico SVD.Seluruh Flores hanya ada 6 imam asing dan 4 imam pribumi.Pada tanggal 30 Agustus 1943 tiba di Ende 2 uskup Jepang (Mgr. P.Yamaguchi dan Mgr Aloysius Ogihara) serta 2 romo (Rm. Michael Iwanaga dan Rm. Philipus Kyuno).Selama tinggal di Flores, Mgr.Yamaguchi menjadi pengantara yang baik antara tentara Jepang dan Misi Katolik Pulau Flores,khususnya dengan Mgr.H.Leven,sehingga Misi Katolik tetap bertahan. Mereka tinggal sampai dengan tanggal 30 Agustus 1945.
•Pada tanggal 12 Desember 1943 Mgr Leven menahbiskan lagi seorang imam pribumi yakni P.Adrianus Conterius SVD.
•Tahun 1944 Mgr Leven menahbiskan Rm Lukas Lusi Pr,sebagai imam projo pertama.
•Tanggal 16 September 1945 Mgr Leven menahbiskan 7 imam pribumi lagi yaitu : P.Zacharias Ze SVD,P.Piet Muda SVD,P.Lambert Lame Uran SVD,P. Yos Dias Viera SVD, P.Markus Malar SVD,P.Bruno Bras SVD dan Rm Alo Ding,Pr.
•Pada bulan Desember 1945 beberapa misionaris yang ditawan Jepang di Sulawesi kembali.Dan 119 orang yang ditawan,35 orang meninggal dunia (27 imam, 6 bruder dan 2 suster).
•Tahun 1950 Mgr Leven,SVD mengusulkan agar Flores dibagi menjadi 3 vikariat dan is sendiri meminta untuk dibebastugaskan dari Vikariat Apostolik karena kondisi kesehatan menurun.
•Tahun 1951 Roma membentuk 3 Vikariat di Flores yaitu :
Ruteng : Mgr. Van Bekkum, SVD
Ende : Mgr. A. Thijssen, SVD
Larantuka : Mgr. G. Manek, SVD
Selama masa Mgr. A.Thijssen di Maumere didirikan satu paroki baru yaitu
•Tahun 1953 Paroki Tilang dengan P.de Zwart, sebagai Pastor Paroki.
Pada tanggal 25 Januari 1961 Roma mendirikan Struktur Hiraikis Gereja di Indonesia dengan 6 Diosis Agung yaitu Jakarta,Semarang,Medan,Pontianak,Maskasar dan Ende.Di Diosis Agung Ende ditunjuk Mgr.G.Manek,SVD sebagai Uskup Agung dengan uskup-uskup sufragan yaitu : Larantuka ,Ruteng,Atambua,Denpasar,Weetebula dan Kupang.Diosis Agung Ende meliputi wilayah Ngada,Ende danSikka.
Selama masa Mgr.G.Manek,SVD di Maumere didirikan 4 Paroki yaitu :
•Tahun 1961 Paroki Habi,Paroki Halehebing dan Paroki Uwa
•Tahun 1967 Paroki Watubala
Tahun 1968 Mgr.G.Manek, SW)dibebastugaskan karena sakit dan berobat ke Amerika .
•Pada tanggal 11 Juni 1969 Mgr.Donatus Djagom, SVD ditahbiskan menjadi Uskup Agung Ende di Gereja Kathedral Ende.
Paroki baru yang didirikan selama Mgr.Donatus Djagom ialah :
•Tahun 1970, Paroki Nele
•Tahun 1972, Paroki St. Thomas Morus Maumere dan Paroki Magepanda.
•Tahun 1975, Paroki Wolofeo dan Paroki Kloangrotat.
•Tahun 1992, Paroki Tanarawa
•Tahun 1994, Paroki Bloro
Pada tanggal 6 April 1996 (Sabtu Kudus),Vatican mengumumkan Mgr.Abdon Longinus da Cunha,Pr.Sebagai Uskup Agung Ende, mengganti Mgr.Donatus Djagom,SVD yang sudah tua.
•Pada tanggal 10 Juli 1996 Mgr.Abdon Longginus da Cunha,Pr.,ditahbiskan menjadi Uskup Agung Ende di Gereja Katedral Ende.
Selama masa Mgr.Abdon Longginus,di Maumere didirikan 3 Paroki baru yaitu :
•Tahun 2000, Paroki Nangahure
•Tahun 2001, Paroki Kloangpopot
•Tahun 2003, Paroki Nuaria
Dan 4 Paroki masih dalam persiapan yaitu Misir,Runut,Bolawolong,dan Feondari.Pada tanggal 14 Desember 2005 Vatican mengumumkan Mgr.Vincentius Sensi Potokota,Pr sebagai Uskup Maumere yang pertama.
Sementara dalam persiapan menyongsong penthabisan uskup Maumere,Mgr.Abdon Longinus da Cunha,Pr meninggal di Jakarta pada tanggal 6 April 2006,tepat 10 tahun saat diumumkan menjadi Uskup Agung Ende.
Pada saat ini di keuskupan Maumere terdapat 31 paroki dengan urutan pendirian sebagai berikut :
Antara tahun 1873 – 1913 : 5 Paroki (masa Para Pater Yesuit)
Antara tahun 1914 – 1921 : 3 Paroki (masa Mgr. P. Noyen, SVD )
Antara tahun 1922 – 1932 : 4 Paroki (masa Mgr. Verstraelen, SVD)
Antara tahun 1934 – 1951 : 4 Paroki (masa Mgr. H. Leven, SVD)
Antara tahun 1951 – 1960 : 1 Paroki (masa Mgr. A. Thijssen, SVD)
Antara tahun 1961 – 1968 : 4 Paroki (masa Mgr. Gabriel Manek, SVD)
Antara tahun 1969 – 1996 : 7 Paroki (masa Mgr. Donatus Djagom, SVD
Antara tahun 1996 - 2005 : 3 Paroki (masa Mgr. Abdon Longinus da Cunha,Pr)
Sejak berdirinya paroki pertama yaitu Paroki St.Yoseph tahun 1873 s/d bulan Februari 2006 jumlah umat yang telah di baptis(menerima sakramen permandian) pada paroki-paroki di Wilayah Keuskupan Maumere tercatat 433.697 orang.Dan jumlah tersebut ,yang terpanggil untuk hidup membiara sebanyak 403 orang yaitu : 3 Uskup ,155 Imam , 13 Bruder/Frater dan 233 Suster.Sementara masih dalam proses pembinaan (Calon Imam, Bauder,Suster)sebanyak 306 orang.Sebagian dari mereka kini menjadi misionaris diberbagai belahan bumi.Selain membangun Paroki/Gereja,misi Katolik juga mempelopori pembangunan sarana Pendidikan dan sarana Kesehatan yang tersebar di seluruh Wilayah keuskupan ini.

Sistem Kemasyarakatan

Umat keuskupan Maumere/Masyarakat Kabupaten Sikka terdiri dari 4 suku asli (Sikka Krowe,Lio,Tana Ai dan Palue)di samping pendatang dari luar Kabupaten Sikka.Setiap suku memiliki bahasa,adat istiadat,cara hidup dan cara berpakaian yang berbeda.
Bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari (dalam rumah dan lingkungan) adalah bahasa suku masing-masing,sementara pada tempat-tempat umum menggunakan bahasa Indonesia.Bahasa masing-masing suku pun pada berbagai desa/paroki,berbeda dalam dialek dan intonasi,malah berbeda arti.
Suku yang jumlahnya terbanyak adalah Sikka Krowe yang berdomisili pada paroki-paroki bagian tengah yaitu : Paroki Tilang,Paroki Bloro,Paroki Lela,Paroki Sikka,Paroki Nita,Paroki Wairpelit,Paroki Koting,Paroki Nele,Paroki Habi,Paroki Ili,Paroki Kewapante,Paroki Watublapi,Paroki Kloangpopot,Paroki Kloangrotat,Paroki Bola,Paroki Halehebing.
Suku ini juga menyebar di sepanjang pantai utara (Paroki Magepanda, Paroki Watubaing, Paroki Nebe)sebagai transmigrasi swakarsa lokal yang membuka sawah di daerah-daerah tersebut sekitar tahun 1950.Suku ini relatif lebih maju dari suku yang lain,hal mana dapat dipahami karena karya misi Katolik sejak masa pater-pater Dominikan dan masa pater-pater Yesuit (1566-1920) terfokus pada wilayah bagian tengah.Suku ini dibedakan lagi atas tiga sub suku yaitu : Sikka-Lela (2 paroki di pantai selatan),Sikka Iwang (5 paroki di pedalaman),Nitung Kangae (bagian timur).Dialek dan intonasi bahasa pada tiga sub suku ini berbeda.Dalam sistim perkawinan/hidup berkeluarga menganut pola patriarkat,namun dalam proses dan prosedur perkawinan masing-masing sub suku,malah masing-masing klan berbeda.
Suku Lio berdomisili dibagian barat pada paroki-paroki Magepanda,Lekebai,Wolofeo, Nuaria dan Mauloo.Suku ini terbagi atas 2 sub suku yaitu Lio Lise (paroki Mauloo) dan Lio Mego (4 paroki lainnya).Bahasa mereka juga agak berbeda demikian juga adat-istiadat.Dalam perkawinan sama-sama menganut pola patriarkat.
Suku Tana Ai berdomisili di bagian timur pada paroki-paroki Watubala,Watubaing,Nebe, Boganatar dan Tanarawa.Suku ini juga terbagi atas dua sub suku dengan bahasa berbeda yaitu bagian dekat perbatasan (Tana Ai Muhang) yang menggunakan bahasa Muhang Lamaholot dan bagian barat yang menggunakan bahasa Sikka Krowe.Dalam sistim perkawinan,suku ini mengikuti pola matriarkat.Pola bertani pada suku ini masih banyak bersifat tradisional. Ada beberapa jenis tanaman holtikultura yang tidak boleh di tanam.Pada musim mengerjakan kebun mereka tinggal dikebun (menjaga kebun dari ancaman babi hutan) setelah panen ban' mereka kembali kekampung.Mereka juga berpindah¬pindah kebun.Tempat-tempat pemujaan dikebun-kebun dan dilokasi perkampungan juga masih dipegang teguh.
Suku Palue berdomisili di pulau Palue (Paroki Lei dan Uwa),mereka masih tetap mempertahankan adat-istiadat dan cara hidup tradisional yang sangat menyolok, terutama pada upacara perkawinan dan kematian.Setiap orang Palue yang meninggal, beberapa helai rambut dan kuku di simpan dalam rumah adat.Dalam perkawinan mereka juga menganut pola patriarkat.Dalam kehidupan sehari-hari perempuan bekerja lebih berat dari laki-laki,karena disamping mengurus rumah tangga kaum perempuan juga lebih banyak bekerja di kebun dan menenun.Kaum laki-laki lebih banyak menjadi nelayan dan merantau, menjadi TKI di luar negeri (Malaysia) atau berdagang antar pulau.
Tiga paroki di kota Maumere (St.Yoseph,St.Thomas Morus dan Nangahure),umatnya heterogen,berasal dari berbagai suku,baik 4 suku ash maupun dari luar daerah.Dalam kehidupan sehari-hari pergaulan antar umat seiman maupun antar umat yang berbeda agama,pada umumnya berjalan harmonis.
Pengaruh globalisasi di Wilayah Keuskupan Maumere/kabupaten Sikka,sangat terasa dan cukup berpengaruh pada sistem kemasyarakatan /sistem sosial budaya masyarakat.Sistem transportasi (Udara,darat,laut) dan komunikasi yang lancar mempengaruhi kaum muda dalam mengimport/meniru gaya hidup dan budaya luar,sementara sistem kontrol sosial semakin melemah.
 "Profil Keuskupan Maumere"

Kamis, 15 Juli 2010

Tanaman Digusur, Warga Protes

  • Untuk Pembangunan Jalan Raya
MAUMERE, MM -Warga Key-Hepang, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka melakukan protes atas penggusuran tanaman komoditi yang berada di sepanjang jalan untuk pembangunan jalan trans Maumere-Ende. Warga menuntut ganti rugi atas penggusuran tersebut.
Demikian disampaikan Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Lusitada, Bonefasius Yance kepada koran ini, Selasa (13/7) di Maumere. Protes yang disampaikan masyarakat di DPRD itu diterima Wakil Ketua DPRD Sikka, Alexander Longginus serta sejumlah anggota Dewan lainnya. Dalam pertemuan dengan masyarakat tersebut, Dewan juga menghadirkan pihak Kimpraswil dan pihak Nindia Karya (NK) selaku pelaksana proyek tersebut untuk didengarkan pendapatnya.

Juru bicara masyarakat Desa Key yang diwakili Bonefasius mengatakan, dalam pelebaran ruas jalan tersebut sebagian tanah warga digusursehingga puluhan pohon tanaman komoditi menjadi korban. "Harapan hidup kami pada pisang, kakao, kelapa, mente dan kemiri. Jika ini digusur maka harapan kami pun pupus. Pengusuran tanaman ini tanpa adanya ganti rugi sehingga kami harus mengadu kepada DPRD Sikka," katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Kimpraswil Fredjen pada kesempatan itu mengatakan, sebelum kegiatan proyek pembangunan jalan itu dilaksanakan sudah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat yang langsung dihadiri oleh pihak kecamatan mapun pemerintah Desa Lusitada. Sedangkan untuk tanaman yang berdekatan dengan badan jalan, lanjut Fredjen, juga telah disepakati apabila dipotong maka batang tanaman itu harus dikembalikan kepada pemiliknya.

Fredjen mencontohkan kalau kelapa yang digusur maka batang kelapa dikembalikan kepada pemiliknya. "Kami sudah melakukan sosialisai kepada masyarakat yang langsung dihadiri oleh kepala desa dan camat. Tanaman yang digusur juga telah disepakti untuk dikembalikan kepada pemiliknya," ujar Fredjen.

Fredjen menambahkan, pembangunan jalan itu mengunakan dana pusat sehingga anggaran untuk ganti rugi kepada masyarakat tidak disediakan. Dalam sosialisasi bersama masyarakat, juga telah disepakati pemilik tanah bahkan kesepakatan itu dibuktikan dengan penandatanganan warga masyarakat. "Kesepakatan dengan warga masyarakat ditandatangani langsung oleh warga masyarakat dan disaksikan oleh kepala desa dan camat sendiri," ujar Fred.

Sementara itu, Wakil DPRD Sikka Alexander Longginus menilai jawaban Kadis Kimpraswil tidak memihak kepada masyarakat dan hanya menguntungkan pihak kontraktor. Padahal, kata Alex, komoditi bagi petani adalah satu-satunya tanaman yang menjadi harapan hidup petani. Jika komoditinya tergusur maka harapan hiup petanipun pupus. Oleh karena itu maka perlu ada kebijakan minimal adanya ganti rugi walaupun itu nilainya sedikit.

"Jawaban Kadis Kimpraswil sama sekali tidak memihak kepada masyarakat, padahal tanaman komoditi yang ditanam dan dirawat bertahun-tahun itu kemudian dirusak dalam waktu yang relatif singkat. Siapapun petani pasti akan merasa sakit hati," ujar Alex.

Sebelumnya Bone menjelaskan, tanaman yang tergusur tersebut diantaranya, kakao, kelapa, jambu mente, pisang dan kemiri. Bahkan ruas jalan yang tergusur yang melibatkan tanaman masyarakat itu sepanjang 1,8 kilo meter dengan lebar tiga hingga tujuh meter.

"Kedatangan kami ke DPRD sesungguuhnya sangat malu namun apa hendak dikata seluruh tanaman komoditi ytang menjadi harapan hidup kami ludes tergusur. Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan kami, masih adakah hati para pengambil kebijakan untuk memberikan sedikit ganti rugi atas tanaman kami yang tergusur," ujar Bone. (timex)

Rabu, 14 Juli 2010

Kadis Hubkominfo Sikka di Tahan

MAUMERE, MM - Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi  dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sikka, Ir. Roby Lameng, MBA ditahan jaksa penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Maumere, Senin (12/7/2010). Roby ditahan pihak Kejari Maumere setelah dinyatakan sebagai Tersangka kasus korupsi dana proyek pengadaan alat angkut dengan total nilai kontrak Rp 1. 811.700.000.

Sebelum ditahan, kemarin, Roby datang memenuhi panggilan jaksa untuk diperiksa. Ia  mengenakan stelan baju dan celana warna  coklat muda, sepatu kulit dan kaca mata warna gelap dan didampingi kuasa hukumnya,  Meridian Dewanta Dado, S.H.
Sebelum ditahan, Roby mengatakan tak akan bela diri dari kasus korupsi yang disangkakan kepadanya bahkan bersumpah tidak "makan uang.
Di sela-sela pemeriksaannya sebelum akhirnya ditahan, Roby mencolek tanah dengan ujung jari telunjuknya dan menjilat tanah itu sebagai bentuk sumpahnya bahwa dia tidak melakukan korupsi. Aksi serupa dia lakukan sesaat sebelum masuk ruang tahanan di Rutan Maumere.
 
Usai pemeriksaan dan akan ditahan,  Roby diminta menyampaikan daftar harta kekayaaan yang didapat dari pembagian warisan orangtua maupun hasil keringat sendiri. Roby membeberkan  uang tabungan Rp 34 juta pada Bank BNI 46 Maumere, tanah warisan seluas 1,5 ha di Hokeng, Kabupaten Flores Timur, satu unit mobil kijang grand tahun 1989 dari usahanya sendiri, serta satu unit mobil toyota avanza milik anaknya yang dibeli pada 2008 serta satu unit rumah tinggal di Wairklau- Maumere. 
 
 "Saya tidak makan uang. Saya tidak korupsi itu uang proyek.  Tetapi inilah resiko sebagai kepala dinas, karena kebijakan saya saya ditahan. Saya tanggung jawab," kata  Roby  di  Rutan Maumere, Senin petang.
Roby terlihat enjoy,  tak  tampak beban  di raut wajahnya  ketika  menunggu  di ruang tamu Rutan sebelum diantarkan pakaian oleh keluarganya.

Roby mengaku sejak kasus ini disidik kejaksaan, dia  sudah  menduga suatu waktu akan ditahan. Karena itu dia sudah siap. Dia menambahkan, tanda-tanda akan ditahan  baru diketahuinya  Senin siang ketika istirahat  pemeriksaan untuk makan. Saat itu penyidik bertanya, apakah sudah pamit kepada istri dan anak-anaknya.

"Selama ini saya sudah siap ditahan. Tadi (kemarin) waktu makan, jaksa tanya, apakah  saya sudah pamit istri. Semula saya agak bingung. Rupanya pertanyaan itu maksudnya saya akan ditahan. Saya siap ditahan, saya tidak makan uang kok.  Ini resiko sebagai pimpinan," kata Roby dibenarkan Dado.

Penasehat hukum  tersangka  Roby, Meridian Dewanta Dado, mengatakan  kliennya  kooperatif dan menghargai proses hukum  yang sedang berlangsung.

"Klien kami siap bertanggungjawab dan menanggung resiko  hukum yang kelak terjadi, karena ini merupakan resiko selaku pimpinan. Namun, dia  siap membeberkan  fakta hukum dalam proyek tersebut, sehingga menjadi jelas tentang pihak-pihak yang berperan dalam  permasalahan proyek di instansi tersebut," kata Dado.

Menurut dia, pihaknya mendukung  penuh langkah pemberantasan korupsi  yang dilakukan jaksa. "Hanya saja kami berharap  upaya pemberatasan korupsi  dilakukan tanpa tebang pilih dan tekanan politis dari pihak-pihak yang berkuasa di Sikka. Ada begitu banyak kasus korupsi besar di  Sikka yang telah cukup lama dilaporkan serta melibatkan pejabat dan mantan pejabat tinggi di Sikka yang seharusnya didahulukan penanganannya," kata Dado.

Kepala Rutan Maumere, Edy Saryanto  mengatakan, tersangka Roby diperlakukan sama dengan para tahanan lainnya yang telah menghuni Rutan Maumere. "Tidak  ada yang istimewa. Pak Roby diperlakukan sama seperti tahanan baru lainnya.  Dia tempati blok D selama mapeling (masa pengenalan lingkungan).  Tidak ada tempat tidur di tahanan, yang ada hanya lantai mirip tempat tidur dilapisi karpet,  ada tikar. Keadaan ini  berlaku sama untuk semua  tahanan," kata Edy. (fik)

Senin, 12 Juli 2010

Pembentukan Kabupaten Adonara dan Kota Maumere Disetujui


Kupang, MM - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam sidang paripurna, Senin (12/7), menyetujui pembentukan Kabupaten Adonara hasil pemekaran Kabupaten Flores Timur dan pembentukan Kota Maumere, hasil pemekaran Kabupaten Sikka.
Rapat paripurna yang dipimpin Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah NTT Agustinus Ibrahim Medah menghasilkan enam keputusan berkitan dengan pembentukan dua daerah otonom tersebut.
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah NTT dihasilkan terkait nama calon ibu kota, dukungan dana penyelenggaraan pemerintah daerah, dan pembiayaan penyelenggaraan pemilu kepala daerah di dua daerah tersebut.
Sesuai usulan, calon ibu kota untuk Kabupaten Adonara di Waiwerang dengan dukungan dana penyelenggaraan pemerintahan sebesar Rp 3 miliar selama dua tahun berturut-turut dan dana pemilihan kepala daerah sebesar Rp 2 miliar.
Hal serupa juga diputuskan untuk Kota Maumere. Di mana, dukungan dana penyelenggaraan pemerintahan sebesar Rp 3 miliar dalam jangka waktu dua tahun berturut-turut serta dana pemilihan kepala daerah Rp 2 miliar.
Bupati Flores Timur Simon Hayon mengatakan dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah NTT ini, maka proses pembentukan Kabupaten Adonara sudah final. Namun, hal-hal teknis harus dipersiapkan secara baik.
Tentang calon ibu kota Kabupaten Adonara, dia mengatakan, berdasarkan usulan awal yakni Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur. "Ibu kota bisa saja dipindahkan ke tempat lain, karena berkaitan dengan kepentingan politik. Untuk sementara masih berpedoman pada proses awal," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Bupati Sikka Sosimus Mitang. Menurutnya, proses pembentukan Kota Maumere baru sampai di tingkat provinsi. Setelah ini akan dilanjutkan ke Jakarta untuk diproses di tingkat pusat.
Usulan pembentukan Kota Maumere telah diajukan ke pemerintah provinsi, namun masih kurang tujuh berkas yang segera dilengkapi. "Berkas masih diproses di tingkat kabupaten untuk selanjutnya diusulkan ke pemerintah provinsi dan pusat," katanya.
Dia menambahkan, peta administrasi dan hal-hal teknis lainnya terkait pembentukan Kota Maumere dan perpindahan ibu kota Kabupaten Sikka sudah final. (nttonline)

Minggu, 11 Juli 2010

Istri Anjelo Gugat Polda NTT

Kematian Nurdin Devyanto di Maumere
MAUMERE, MM-- Istri Anjelo, Agustina Elisabety  Erlist (32) mengajukan gugatan praperadilan terhadap Polda NTT karena dinilai tidak sesuai prosedur hukum ketika menangkap dan menahan suaminya sebagai salah seorang tersangka pembunuhan Nurdin Devyanto.

Sidang perdana kasus itu mulai digelar di Pengadilan Negeri (PN) Maumere, Kamis (8/7/2010) petang tanpa kehadiran termohon.  Tim penasehat hukum Anjelo, Marianus Moa, S.H, Marianus Renaldi Laka, S.H, dan Valentinus Pogon, S.H, menyerahkan bukti surat penangkapan dan penahanan  yang disebut tanpa prosedur hukum semestinya.

Sidang perdana kemarin digelar tanpa kehadiran Polda NTT. Pada jadwal sidang perdana, penyidik Polda NTT beralasan  belum bisa hadir karena kendala transportasi penerbangan  dari  Kupang ke Maumere.  Hari kedua pun sama sehingga sidang terpaksa digelar tanpa  kehadiran termohon.

Marianus Renaldi Laka yang dikonfirmasi FloresStar menjelaskan, sidang praperadilan dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut. Pada  sidang kedua hari ini, majelis hakim mendengarkan keterangan saksi Agustina dan saksi-saksi  lain yang mengetahui  peristiwa penangkapan dan penahanan Anjelo.

"Istri Anjelo saat ini tidak  berada di rumahnya. Informasi dari keluarga, dia berada di rumah keluarganya di Larantuka atau kemungkinan  sudah berada  di Kupang. Padahal,  dia harus hadir untuk didengar keteranganya. Kami masih upayakan, supaya dia bisa hadir untuk memberikan keterangan,"  kata Renaldi.

Di dalam surat permohonan praperadilan yang diajukan Agustina kepada Ketua Pengadilan Negeri Maumere,  dibeberkan  argumentasi praperadilan. Di antaranya,  pemohon hanya diberikan satu surat perintah penangkapan, nama suami pemohon ditulis  tangan menggunakan  balpoin.  Anjelo  diduga melakukan tindak pidana pembunuhan kepada Nurdin Devyanto  di Belang Beach dan Wailiti pada  Rabu, 17 Juni 2009 sekitar pukul 19.00 Wita.

Surat perintah penangkapan, tulis Agustina,  tidak diberikan kepada pemohon sebagai istri tersangka, padahal jelas dinyatakan surat perintah  wajib diberikan juga kepada keluarga tersangka.  Pemohon tidak mengetahui  keberadaan suaminya di tahan, apakah di Polda NTT atau di Polres Sikka.

Pada hari Minggu (27/6/2010), pemohon menerima surat perintah penahanan dinilainya yuridis, tanpa diketik atau ditulis siapa  yang ditahan (identitas  tersangka  yang ditahan tidak ada nama). Tersangka ditempatkan di ruang tahanan Polda NTT
selama 20 hari sejak 27 Juni sampai 17 Juli 2010.

diberitakan sebelumnya, misteri kematian Nurdin Devyanto (17) menemui babak baru. Penyidik Direktorat Reserse dan Kriminal (Ditreskrim) Polda NTT dipimpin Kompol Darius Riwu,  mengungkapan Nurdin
ditelanjangi kemudian dibunuh oleh sekawanan pelaku. Polisi telah menangkap dan menahan tiga tersangka, Martinus Noeng alias Rico (24), Stanislaus Edison aliasAnjelo (28), dan Fani (19), perempuan  pelayan di Pub Belang Beach. Hari Selasa (29/6/2010) pukul 15.00 Wita, tiga tersangka diterbangkan dari Bandara Waioti, Maumere ke Polda NTT di Kupang. Sanak famili tersangka menangis hiteris tatkala Anjelo, Rico, dan Fani dikawal anggota Brimoda dan penyidik Direskrim menuju tangga pesawat.

Dari Kupang dilaporkan, Kapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) Brigjen Polisi Drs. Yorri Yance Worang memerintahkan penyidik Dit Reskrim Polda NTT untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan Nurdin Devyanto. Hal ini dikatakan Kasat Krimsus Dit Reskrim Polda NTT,  Darius Riwu ketika dikonfirmasi terkait  penyidikan kasus pembunuhan Nurdin, Kamis (8/7/2010).

Dia mengatakan, tim penyidik Dit Reskrim Polda NTT telah memaparkan penanganan kasus pembunuhan Nurdin Devyanto di hadapan Kapolda NTT, Brigjen Polisi Drs. Yorri Yance Worang beberapa hari lalu. Dalam pemaparan itu, kata Darius Riwu, ditetapkan dua orang tersangka dalam kasus pembunuhan Nurdin Devyanto, yakni Martinus Noeng alias Rico dan Stanislaus Edison alias Anjelo. Sementara Fani masih sebagai saksi. "Kalau Fani sebatas saksi. Sedangkan tersangka untuk sementara dua orang itu," kata Darius Riwu.

Dia menjelaskan, dalam pemaparan hasil sementara penyelidikan kasus pembunuhan Nurdin Devyanto, Kapolda NTT Brigjen Polisi Drs. Yorri Yance Worang memerintahkan penyidik untuk mengusut hingga tuntas kasus pembunuhan yang sudah berusia setahun itu.

Penyidik Dit Reskrim Polda NTT, lanjutnya, dalam beberapa hari ke depan akan ke Maumere untuk mencari bukti-bukti baru. "Kita akan segera ke Maumere untuk kepentingan penyidikan kasus ini, sehingga jelas  siapa saja yang terlibat,"  kata Darius Riwu. (ius/ben/pk)

Minggu, 04 Juli 2010

Robertus Lameng Jadi Tersangka



MAUMERE, MM- Ir. Robertus Lameng, MBA, Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Kadishubkominfo) Sikka ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi dana proyek pengadaan alat angkut di dinas yang dipimpinnya.
Robertus Lameng alias Robi sudah dipanggil dan diperiksa sebagai tersangka oleh jaksa di Kejari Maumere, Jumat (2/7/2010) pagi.

Robi yang diperiksa jaksa Henderina Malo, S.H didampingi penasehat hukumnya, Meridian Dewanta Dado, S.H. Ada 45 pertanyaan untuk Robi saat ia diperiksa sebagai tersangka. Jaksa tidak menahannya dan pekan depan pemeriksaan terhadap Robi akan dilanjutkan.
Robi dan penasehat hukumnya tiba di kantor itu pada pukul 09.45 Wita. Robi mengenakan pakaian dinas perhubungan dan mengendarai mobil dinasnya.

Setibanya di sana dia langsung menuju ke ruangan pemeriksaan yakni di ruangan Kasi Pidsus Kejari Maumere, Henderina Malo, S.H. Setelah itu, penasehat hukumnya, Meridian Dewanta Dado, S.H masuk ke ruangan pemeriksaan untuk mendampingi Robi. Pemeriksaan sempat dihentikan pada pukul 12.00 Wita dan dilanjutkan kembali pukul 14.00 Wita sampai pukul 18.00 Wita. Jalannya proses pemeriksaan dipantau Kajari Maumere, Sanadji, S.H.

Penasehat hukum tersangka, Meridian Dewanta Dado, S.H di proses pemeriksaan tersebut, mengatakan, kliennya diperiksa sebagai tersangka korupsi dana pengadaan alat angkut. Proyek ini bernilai kontrak  Rp 1,8 miliar.Dia mengatakan bahwa kliennya siap menjalani proses hukum yang sedang berlangsung.

Kajari Maumere, Sanadji, S.H yang didampingi Kasi Intel, Ahmad Jubair, S.H dan Kasi Pidsus, Henderina Malo, S.H, usai pemeriksaan tersebut, mengatakan, Robi sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pengadaan alat angkut di Dishubkominfo Sikka tahun 2009.
"Baru satu tersangka yang kita panggil dan periksa hari ini (kemarin, Red). Kemungkinan ada tersangka lain kita akan lihat dan akan kita panggil. Yang jelas hari ini satu tersangka yakni Kadishubkominfo Sikka telah kita panggil sebagai tersangka. Tersangka dalam kasus ini lebih dari dua orang. Nanti kita akan panggil," kata Sanadji.

Dalam pemeriksaan kemarin, katanya, ada 40 pertanyaan yang diajukan kepada tersangka. Pemeriksaan akan dilanjutkan pekan depan karena sesuai ketentuan pemeriksaan tersangka atau saksi tidak boleh lebih dari delapan jam.
 "Pemeriksaan akan dilanjutkan pekan depan dan apakah akan ditahan atau tidak nanti kita lihatpekan depan," tegas Sanadji.

Ia menegaskan, pekan depan akan ada pemeriksaan terhadap sejumlah pihak terkait dalam kasus pengadaan alat angkut tersebut. (pk)

NTT Optimistis Komodo Masuk Tujuh Keajaiban Dunia

NTT Optimistis Komodo Masuk Tujuh Keajaiban Dunia
KUPANG--MM: Nusa Tenggara Timur (NTT) optimistis, komodo (varanus comodoensis) masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia karena posisi biawak raksasa asal Pulau Komodo di ujung barat Pulau Flores itu terus menguat.

Pada April lalu misalnya posisi komodo sempat berada diurutan ke-enam dari 28 finalis, kata Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTT Ubaldus Gogi di Kupang, Sabtu.

Ubaldus Gogi mengatakan sejak diumumkan pada 21 Juli 2009 melalui situs New7 Wonders Foundation, komodo yang diyakini sebagai makluk purba terakhir di muka bumi ini masuk sebagai salah satu finalis dari 28 finalis setelah menyisihkan sekitar 440 nominasi dari 220 negara.

"Ketika itu kami terus melakukan sosialisasi untuk meminta dukungan. Permintaan dukungan itu tidak hanya kepada rakyat NTT, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Posisi komodo memang selalu fluktuatif tetapi dengan kerja keras dan dukungan dari semua pihak di tanah air maupun di luar negeri, kami yakni komodo akan lolos menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia," katanya.

Ia mengatakan masuknya komodo sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia tidak hanya memberi dampak pada masyarakat NTT, tetapi juga untuk seluruh Indonesia.

"Para wisatawan dari Belanda, misalnya, tidak mungkin langsung ke Labuanbajo di ujung barat Pulau Flores untuk melihat komodo, tetapi harus melalui Jakarta, Surabaya, atau Denpasar, Bali," katanya.

Artinya, kata Ulbadus, efeknya tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dan rakyat NTT, tetapi juga oleh seluruh masyarakat Indonesia. (Ant)