Yogyakarta, MM - Kepala Badan Geologi, R. Sukhyar, mengataka bahwa, energi yang tersimpan di Gunung Merapi setelah meletus tanpa henti pada 3-8 November mulai berkurang dan kini hampir sama dengan masa tenang pada akhir Oktober 2010.

"Saat ini, energi yang dimiliki Merapi hampir sama dengan masa tenang pada 26 Oktober hingga 3 November," kata Sukhyar di Media Center Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, penurunan energi yang tersimpan di Gunung Merapi tersebut menjadi salah satu faktor yang mendasari pengurangan radius rawan bencana letusan Gunung Merapi di empat kabupaten.

Selain penurunan energi, dari pantauan satelit juga dapat diketahui bahwa kandungan sulfur dioksida (SO2) di sekitar Merapi mulai menurun yang berarti bahwa aktivitas magmatis Merapi pun menurun.

Ia mengatakan, saat terjadi letusan dalam skala besar pada 5 November, kandungan sulfur dioksida mencapai 120 kiloton, namun kemudian menurun hingga 40 kiloton pada 8 November dan sekarang mulai tidak terdeteksi.

Badan Geologi semula menambah radius rawan terkena bencana letusan Gunung Merapi pada 5 November menjadi 20 kilomete (km) untuk semua kabupaten di sekitar gunung tersebut.

Namun sejak Minggu pukul 06.00 WIB, radius rawan bahaya letusan Gunung Merapi diubah untuk tiga kabupaten, yaitu Klaten dan Boyolali menjadi 10 km dan Magelang menjadi 15 km, sedang Sleman masih dipertahankan pada jarak 20km.

Radius aman untuk Kabupaten Sleman tetap dipertahankan pada jarak 20km karena morfologi Merapi telah berubah yaitu ada kawah di puncak yang membuka ke arah selatan dan barat laut.

"Oleh karena itu, radius rawan untuk Kabupaten Magelang masih lebih jauh dibanding Kabupaten Klaten dan Boyolali," katanya.

Di Kabupaten Klaten dan Boyolali, lanjut dia, ada halangan berupa sungai yang membuat jarak luncur awan panas ke kedua kabupaten tersebut lebih pendek dibanding ke Sleman dan Magelang.

Selain itu, di puncak Gunung Merapi juga terbentuk kubah lava dan apabila kubah lava tersebut hancur, guguran akan mengarah ke selatan dan barat karena bukaan kawah tersebut.

"Kami akan melakukan evaluasi secara bertahap menyikapi perkembangan aktivitas Gunung Merapi dan tidak menutup kemungkinan bahwa radius rawan untuk Sleman juga akan diubah," katanya.

Badan Geologi bersama BNPB juga memasang alat pendeteksi aliran lahar di semua sungai yang berhulu di Gunung Merapi karena banjir lahar masih tetap menjadi ancaman.

Sungai yang berhulu di Gunung Merapi tersebut adalah, Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Tringsing, dan Kali Apu.

Berdasarkan laporan pemantauan aktivitas Gunung Merapi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), seluruh sungai yang berhulu di Gunung Merapi dipenuhi dengan endapan lahar. (ant)