Jumat, 22 Oktober 2010

10.000 TKI Ilegal NTT Terperangkap di Malaysia

Kupang, Media Maumere  - Sekitar 10.000 Tenaga Kerja Indonesia ilegal, saat ini terperangkap di Malaysia karena tidak memiliki dokumen keimigrasian saat dioperasi aparat kepolisian negara itu. "Sebagian besar TKI ilegal itu berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini mereka terperangkap di Distrik Setiawan dan Perak Malaysia," kata Wakil Ketua DPRD NTT Anselmus Tallo di Kupang, Jumat (22/10).

Ia mengatakan hal itu mengutip kesaksian Grace Lee, seorang misionaris dari Malaysia dan Pendeta Otniel Dani Liu serta beberapa pendeta dari Gereja Kristen Jakarta (GKJ) saat mendatangi DPRD NTT di Kupang, Kamis (21/10). Para misionaris dan pendeta dari sejumlah gereja Kristen di Malaysia itu mendatangi DPDR NTT untuk memberikan kesaksian terkait dengan kondisi dan nasib warga NTT di Malaysia saat ini.

"Saya bersama Ketua Komisi C DPRD NTT Stanis Tefa, Wakil Ketua Komisi D Jimmy Sianto dan anggota DPRD NTT lainnya menerima kunjungan misionaris Grace Lee dari Malaysia seorang misionaris dari Chinese Methodist Church Manjung Malaysia," kata Tallo.

"Para misionaris dan pendeta itu tidak hanya melayani para jemaatnya, tetapi juga membantu para TKI ilegal yang ada di hutan-hutan Malaysia, khususnya yang mengalami kecelakaan, penyiksaan hingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia," tambahnya.

Di hadapan pimpinan dan beberapa anggota DPRD NTT itu, Grace Lee memperlihatkan beberapa video dan foto-foto penanganan para TKI ilegal di hutan-hutan, khususnya yang berasal dari NTT. Dalam rekaman video itu, Grace Lee tampak cekatan dalam membantu para korban yang mendapat penyiksaan dari aparat kepolisian negara itu.

Ada beberapa orang TKI ilegal yang harus diamputasi dan dioperasi. Ada pula sampai meninggal dunia, tetap ditangai Grace Lee dan kawan-kawannya.

Salah satu buktinya adalah membawa serta Ambros Seran, salah seorang TKI ilegal asal Kabupaten Belu, NTT yang mengalami kecelakaan saat dikejar polisi Malaysia. Tangan kanannya diamputasi karena mengalami luka serius saat terjatuh dari motor sewaktu dikejar polisi.

Sementara pada kesempatan terpisah Rudolof Latuihamalo, salah seorang pendeta dari GKJ, meminta DPRD dan Pemerintah Provinsi NTT untuk memberikan kepastian kerja bagi para pencari kerja, sehingga tidak menjadi TKI ilegal. "Kalaupun menjadi TKI, harus melalui jalur resmi. TKI ilegal sangat berisiko, karena sang majikan tidak mau bertanggungjawab. Gaji mereka rendah dan pembayarannya pun tidak lancar. Gaji mereka hanya berkisar 500-600 ringgit. Kalau mereka celaka pun majikan tidak peduli," katanya.

Dia mengatakan, para TKI ilegal mengaku kesulitan jika harus melalui jalur resmi. Mereka dipersulit dari proses administrasi. Salah satunya adalah pengurusan paspor. Ada TKI yang harus membayar Rp2 juta sampai Rp3 juta. "Hal inilah yang membuat para pencari kerja terpaksa memilih jalur ilegal, walau sangat berisiko. Para TKI ilegal harus tinggal di kamp-kamp di hutan," katanya.

"Kalau dikejar polisi, mereka melarikan diri dan kamp mereka dibakar. Belum lagi mereka ada yang sakit, kecelakaan, bahkan bersalin di hutan. Itulah fakta yang kami temui," kata Rudolof.(ant)

Kamis, 21 Oktober 2010

Rabat Beton di Sikka Jauh di Bawah Standar




BOLA, Media Maumere --Dugaan penyimpangan mutu proyek jalan rabat beton terbesar di Kabupaten Sikka yang menelan anggaran Rp 7,6 miliar mungkin benar.

Sebab perbandingan campuran material beton jauh di bawah standar teknis pekerjaan beton, yakni 30 `buchet' (excavator) pasir dicampur dengan 16 sak semen dan empat sampai lima sak batu kerikil atau batu pecah.

Demikian diungkapkan anggota kelompok kerja warga Desa Hale, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, Paskalis Moat Bego, Unipensius dan Virginus Pendi kepada FloresStar, Minggu (17/10/2010) di Desa Hale, sekitar 75 km arah timur Kota Maumere.

Wilayah kampung ini merupakan salah satu daerah terjauh dari ibukota Kabupaten Sikka. Wilayah itu berhadapan dengan pantai selatan Pulau Flores.

Paskalis menuturkan, ketika proyek dibangun, dia bersama 10 warga dusun setempat (satu kelompok) mengecor rabat beton jalan melintasi kampungnya. Mereka mengecor ruas 211 meter selama seminggu dan dibayar Rp 500.000/orang. Demikian pula dengan kelompok masyarakat lainnya yang mengerjakan ruas rabat beton. Nilai pembayaran disesuaikan dengan panjang ruas dikerjakan.

Dikatakannya, campuran material bangunan menggunakan dua unit mobil mixer (redemix) dan beberapa unit mesin molen yang didatangkan kontraktor asal Bajawa, Kabupaten Ngada. Campuran dengan redemix, kata Paskalis, pasir sebanyak 30 buchet dicampur dengan 16 sak semen dan 4-5 sak kerikil.

"Kami ini tidak mengerti campuran seperti itu, kami ikut kerja saja. Pasirnya 30 skop (buchet) exavator dicampur dengan 16 sak semen dan 4-5 sak kerikil. Air banyak sekali. Campuranya kita lihat tidak matang seperti dibuat tukang-tukang bangunan rumah," kata Paskalis.

Unipensius menambahkan, dua unit mobil molen menjadi tontonan warga kampung yang selama ini tak pernah melihatnya. Warga sangat senang dengan aktivitas proyek di kampung itu.

Dia membenarkan keterangan Paskalis bahwa perbandingan material campuran beton terdiri dari 30 buchet pasir dengan 16 sak semen dan empat sampai lima sak batu kerikil.

"Memang campuran pasir lebih banyak. Tapi kami tidak mau protes. Takut mereka (kontraktor) dari Bajawa itu pergi dari sini. Mereka datang kerja proyek di kampung kami bikin baik ini jalan. Kami harus baik-baik dengan mereka. Selama ini kami hanya pakai jalan tanah," kata Unipensius.

Campuran material menggunakan air sangat banyak, maka air yang telah tercampur semen mengalir ke mana-mana. Terlebih pada segmen jalan yang menurun. Yang terlihat di permukaan lebih banyak pasir dengan semen yang sangat kecil menempel pada batu kerikil.

Virginius Pendi membenarkan pasir yang digunakan sangat banyak dibandingkan semen dan batu kerikil dan semen. Mungkin karena campuran seperti itu sehingga permukaan rabat beton mudah rusak. Kerikil, pasir dan semen terlepas.

Pendi tak protes karena tak mengerti konstruksi jalan rabat. Dia hanya buruh yang mencari uang ketika ada proyek di kampungnya. Waktu itu sempat muncul protes dari kelompok masyarakat lainnya, sehingga pengerjaan rabat dihentikan seminggu. Warga khawatir jangan sampai kontraktor tinggalkan lokasi proyek dan tidak menyelesaikan pekerjaanya. Padahal sudah puluhan tahun mereka mendambakan jalan ke desanya dibangun mulus.

Untuk pekerjaan dasar rabat beton, kata Paskalis, Virginius, dan Unipensius, material batu dan pasir dihampar pada segmen yang tidak rata, setelah itu dihampar campuran beton. Sedangkan segmen jalan yang sudah rata langsung dilapisi campuran.

"Setelah kerja mobil mereka langsung lewat. Semen yang masih basah terbongkar. Seperti terlihat sekarang, batu-batu kecil terhambur sepanjang jalan. Hampir tujuh kilometer kondisinya sama semua. Banyak lokasi yang sudah terbongkar, padahal dikerjakan tahun lalu," kata Unipensius.

Warga Hale lain yang bicara kepada FloresStar di Dusun Hale mengakui terasa sangat beda melalui ruas jalan rabat beton dengan bis kayu atau sepeda motor. Getarannya membuat tidak nyaman dibandingkan jalan tanah meski di sana-sini ditemui lubang-lubang di jalan.

"Kalau sepeda motor sok mati, pinggang sakit sekali. Tapi kalau jalan tanah kurang terasa tekanannya,"kata Unipensius dibenarkan lima warga lainnya ditemui di Hale.

Menurut warga, segmen yang rusak itu pencampuran material menggunakan mobil molen. Pada segmen pencampuran material menggunakan mesin molen kecil, tampak beda permukaanya yang masih padat dan licin. Meski kualitasnya permukaan tak berbeda jauh dengan pencampuran material menggunakan mobil molen. (pk)

Tebal Beton 20 Cm

DIREKTUR PT Nunurada Bata-Bajawa, Ang Wijaya yang dikonformasi melalui staf teknik, Ambo Gaharpung, menilai pengakuan anggota kelompok masyarakat menyebut komposisi campuran material beton 30 `buchet' (exavator) pasir, 16 sak semen dan 4-5 sak kerikil tidak benar. Campuran material sesuai ketentuan spesifikasi teknik.

Kerusakan jalan rabat beton seperti dikeluhkan warga Hale, kata Ambo, hanya bagian permukaan lapisan lima centimeter (cm) yang ditambah dari ketebalan beton 20 cm. Meski ketebalan yang disyaratkan proyek ini hanya 15 cm.

Kerusakan itu diakuinya mulai terjadi hanya beberapa saat setelah pengecoran. Pada saat beton masih basah, sekitar enam sampai tujuh unit bis kayu angkutan pedesaan dan puluhan sepeda motor melintasi jalan yang baru dicor.

"Biasanya kami cor setelah sore hari, angkutan dari Maumere ke Halehebing sudah kembali ke kampung. Pagi sampai sore kami tidak cor. Kami larang tak boleh lewat, karena beton masih basah tetapi ada yang ancam kami. Pengemudi dan penumpang memaksa harus lewat,"kata Ambo kepada FloresStar di kantor Perwakilan PT Nunurada Bata di Jalan Soedirman, Maumere, Selasa (19/10/2010).

Pengalaman buruk para pekerja juga pernah dialami dengan sopir mobil dinas Camat Mapitara. Pekerja diancam dilabrak dengan mobil jika melarang kendaraan tersebut lewat di jalan yang basah. Daripada diancam terus-menerus, mereka membiarkan kendaraan lewat meski jalan yang baru dicor langsung rusak di permukaannya.

Walau perbaiki lagi setelah kendaraan lewat, kata Ambo, konstruksinya tidak samal lagi dengan pengecoran pertama. Jika permukaan ruas rabat beton terlihat rusak seperti disaksikan saat ini bisa dimaklumi.

Dikatakannya, sebagian besar pengecoran rabat beton sepanjang 9,5 km menggunakan redemix (mobil molen). Sekali campuran dapat dihampar sekitar 7-8 meter dengan ketebalasan 15 cm dan lebar empat-lima meter. Tetapi pada segmen tertentu, pengecoran dilakukan kelompok masyarakat memakai mesin molen yang disediakan kontraktor.


Ambo membantah keterangan anggota kelompok masyarakat menyebutkan formulasi perbandingan campuran 30 buchet pasir, 16 sak semen dan 4-5 sak batu batu pecah. Perbandingan campuran sesuai spesifikasi teknis yakni satu sak semen, dua sak pasir dan tiga sak kerikil ukuran 2/2 dan 3/5. Material batu pecah dan pasir disediakan di Napun Lurut yang memasang mesin pemecah batu.

"Tidak benar campuran pasir yang lebih banyak. Kami kerja sesuai spesifikasi teknis yang diminta. Pasir diukur dalam sak semen, satu baket sekitar tiga sak, begitupun batu pecah. Untuk pekerjaan beton, batu pecah harus banyak," kata Ambo. (pk)

Jumat, 08 Oktober 2010

PKK-SPKP Buka Jalan Desa Wairbleler


Warga dusun Nangahale Doi secara Swadaya bergotong royong buka jalan dusun


MM.co.cc, Maumere - Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, membuka jalan baru sepanjang 2 km di Dusun Nangahale Doi Desa Wairbleler Kecamatan Waigete. Pembukaan jalan baru ini terakomodir dalam Program Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dengan Sistem Padat Karya Produktif Tahun Anggaran 2010. 
“Pembukaan Jalan Baru dengan system padat karya ini merupakan salah satu kegiatan untuk mengatasi masalah pengangguran dan setengah pengangguran pada saat musim sepi kerja , ( dimusim kemarau ). Begitu pula merupakan penjabaran kegiatan pembangunan yang berwujud nyata dengan meningkatnya kelancaran transportasi yang selama ini dinanti-nantikan oleh warga masyarakat. selain itu kegiatan perluasan kesempatan kerja juga merupakan suatu usaha Pemerintah untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat,” demikian dikemukakan Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sikka, Gregorius Rehi, SH melalui Petugas lapangan PKK-SPKP, Drs. Damrah Salleh, saat di temui di dusun Nangahale Doi Desa Wairbleler Kecamatan Waigete, Kamis, (07/10/2010).
            Dijelaskan Damrah, Kegiatan pembukaan jalan baru sistim padat karya ini adalah hasil swadaya masyakakat dusun Nangahale Doi. Dengan sukarena warga mengiklaskan sebagian tanah miliknya untuk pembukaan jalan dan dalam pengerjaannya langsung dikerjakan oleh masyarakat sendiri secara berkelompok dengan jangka waktu pengerjaan selama dua puluh lima hari. Pemerintah lanjut Damrah, hanya sebagai fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan padat karya produktif ini. Dengan keterbatasan dana yang dialokasikan, pemerintah berupaya untuk  melayani kebutuhan masyarakat. “ ini hasil kerja warga secara swadaya. Masyarakat sangat mendukung kegiatan ini. Warga dengan sukarena menyerahkan sebagian tanah miliknya untuk pembukaaan jalan dan juga merelakan tanaman perkebunannya di tebas  yang berada di ruas pembukaan jalan ditebas,” paparnya.
Namun untuk jasa tenaga kerja warga yang turut ambil bagian dalam kegiatan padat karya, Damrah menambahkan, pihak pemerintah memberikan upah kerja harian melalui dana DIPA Tahun 2010. Hingga kini pengerjaan sudah mencapai Sembilan puluh persen dan diharapkan pertengahan bulan ini sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sementara itu, kepala Desa Wairbleler, Fransiscus B.B. Pagan yang langsung memantau pelaksanaan kegiatan padat karya tesebut, kepada Media Maumere mengatakan, pihak pemerintah desa dan masyarakat Wairbleler sangat berterima kasih kepada pihak pemerintah daerah yang sudah memberikan fasilitas jalan baru melalui padat karya produktif. Dengan demikian sangat membantu masyarakat untuk mempermudah akses transportasi dalam wilayahnya.
“Ini sangat berarti bagi masyarakat kami. Kami berterima kasih karena dengan dibukanya jalan baru di dusun Nangahale Doi dapat mempermudah akses transportasi bagi warga setempat,” ungkap Pagan. (fik)

Selasa, 05 Oktober 2010

Puting Beliung Panikkan Warga Wuring



MM, Co.cc.Maumere,-Warga perkampungan nelayan Wuring di Kelurahan Wolomarang, Selasa (05/10/2010) sekitar pukul 16.30 Wita dipanikkan dengan adanya angin puting belinung yang menyapu perairan Laut Flores yang berjarak 100m dari perkapungan nelayan tersebut. Akibatnya  warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
"Angin datang dari arah pulau pemana menuju daratan tepat di depat perkampungan ini. kami semua panik. sebagian besar warga keluar rumah untuk menyelamatkan diri," ungkap Ahmad salah satu warga Rt 29 Kelurahan Wolomarang kepada Media Maumere, saat di temui dikediamannya. 
Dikatakan Ahmad, angin puting beliung ini  berlangsung selama setengah jam dan dengan ganasnya mengangkat semua yang ada di laut ke atas udara. sebagian warga yang tengah mempersiapkan sarana untuk melaut, dengan terpaksa harus meninggalkan wilayah tersebut untuk menyelamatkan diri.
Senada ahmad, Ridwan salah satu pemuda di wilayah tersebut mengatakan angin puting beliung yang terjadi sebanyak dua kali. setelah berlangsung di sebelah utara perkampungan wuring, angin tersebut juga terjadi di bagian barat perkampungan wuring.
menurut Irwan, disebelah barat  perkampungan  wuring, angin puting beliung yang terjadi sempat menenggelamkan salah satu perahu motor milik warga. namun kejadian tersebut tidak berlangsung lama.
pantauan media Maumere, sekitar pukul 17.00 wita warga perkapungan wuring masih berada diluar rumah dan warga masih trauma dengan kejadian angin puting beliung tersebut. tidak ada korban dalam kejadian tersebut.
Sementara itu, di Kampug Buton, Kelurahan Kota Uneng, Kejadian angin puting beliung yang menyapuh perairan kampung wuring menjadi tontonan warga. Ratusan warga Kota uneng berbondong-bondong menuju ke pesisiran pantai untuk menyaksikan kejadian tersebut. (fik)