Minggu, 19 Desember 2010

Ruteng diguncang gempa 4,9 SR

JAKARTA, MediaMaumere -Daerah Barat daya Kota Ruteng Kabupaten Manggarai propinsi NTT, Minggu (19/12/2010) pagi tadi, diguncang gempa dengan kekuatan 4,9 SR. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa tersebut tidak berpoensi tsunami.  

Menurut data BMKG, gempa tersebut berkekuatan 4,9 Skala Richter (SR) dan terjadi pada pukul 09.31 WIB. Pusat gempa pada lokasi 9.01 lintang selatan dan 120,40 Bujur Timur atau sekitar 46 km pada barat daya Ruteng pada kedalaman 10 km. Gempa yang terjadi juga dirasakan di kota Waingapu .Belum diketahui apakah ada potensi kerusakan akibat gempa tersebut.(fik)

Agatha, Pesilat Putri Sikka Juara Dunia

Jakarta,MediaMaumere-Pesilat putri asal Kabupaten Sikka, Agatha Tresnawati merebut gelar juara dunia pencaksilat. Agatha meraih medali emas nomor seni atau kerapihan teknik tunggal  putri dalam Kejuaraan Dunia Pencaksilat di di Padepokan Pencaksilat TMII-Jakarta, Rabu (15/12/2010).

 "Agatha yang pada semifinal berada di posisi kedua tampil sempurna saat bermain di final. Agatha mendapat aplaus meriah dari ribuan penonton yang memadati arena pertandingan", ungkap Ferdy Amatae salah satu wasit NTT.
Menurut Ferdy, Agatha Tresnawati meraih poin tertinggi dibandingkan pesaingnya, Vu Thi Thao asal Vietnam yang pada babak semifinal meraih poin tertinggi.  Pesilat Vietnam tersebut hanya berada di posisi kedua. Posisi ketiga ditempati pesilat asal Brunei Darussalam, Nurleyerman Bte Hj. Raya.

Berkat sumbangan medali emas dari Agatha, kontingen Indonesia  akhirnya keluar sebagai juara umum Kejuaraan Dunia tersebut. Secara keseluruhan Indonesia mengoleksi 10 medali emas, 5 medali perak dan 6 medali perunggu.

Enam medali emas kata Ferdy, di antaranya didapat dari seni kerapian gerak di nomor tunggal putra, tunggal putri, double putra, double putri, tim putra, serta tim putri. Sementara empat medali emas lainnya datang dari nomor tarung. Kejuaraan ini diikuti 30 negara dengan total 425 pesilat yang ikut.

"Kita berpandangan bahwa prestasi yang ditorehkan Agatha merupakan salah satu kado yang manis bagi Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan merayakan HUT ke-52 tanggal 20 Desember 2010. Melalui penampilan Agatha di jagat persilatan dunia, nama Nusa Tenggara Timur harum mewangi. Agatha pun ikut melambungkan nama baik bangsa dan negara Indonesia. Kita salut dan berterima kasih kepada Agatha serta pelatihnya untuk ketekunan melatih diri selama ini. Prestasi sebagai juara dunia merupakan buah dari kerja keras. Tidak lupa pula kita ucapkan terima kasih kepada para atlet asal NTT dan para pelatih yang telah lebih dulu mengharumkan Flobamora pada cabang olahraga lain seperti tinju, atletik, kempo, taekwondo dan sebagainya" ungkapnya

lebih lanjut dikatakan Ferdy,  prestasi yang dicapai Agatha membuktikan untuk kesekian kalinya bahwa NTT sungguh luar biasa untuk cabang olahraga beladiri yang mengandalkan keterampilan teknik individu atau perorangan. Demi kebanggaan Indonesia, daerah ini sejak lama menyumbangkan atlet terbaik di cabang tinju dan atletik.

"Kita sekadar mengingatkan lagi bahwa perhatian untuk cabang olahraga perorangan di NTT tidak boleh surut. Dukungan total mesti diberikan agar muncul lagi juara dunia baru asal NTT seperti apa yang telah dicapai Agatha Tresnawati. Kita berharap juara dunia di cabang tinju, kempo, taekwondo, karate dan lainnya. Dengan mengatakan demikian tidaklah berarti kita boleh mengabaikan pembinaan pada cabang olahraga yang mengandalkan kekompakan tim seperti sepaktakraw, sepakbola, bolavoli, bolabasket dan lainnya. Pembinaan harus tetap dilakukan dengan kesungguhan hati. Pilihan kita tentunya skala prioritas," pintahnya (pk)

Di NTT 21 Persen Ibu Rumah Tangga Pengidap HIV/AIDS

KUPANG--MediaMaumere: Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tenggara Timur menunjukkan 21 persen dari 1.129 total pengidap HIV/AIDS di wilayah provinsi kepulauan ini adalah ibu rumah tangga.

"Jumlah kasus ini meningkat tajam sekitar 300 persen dari 646 kasus yang tercatat pada 2009 menjadi 1.129 kasus yang tercatat hingga November 2010. Dari jumlah kasus ini, 21 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga," kata Direktur Pelaksana Harian PKBI NTT Markus Alibrandi di Kupang, Sabtu (18/12).

Ia tidak menjelaskan secara rinci faktor penyebab ibu rumah tangga menjadi korban keganasan HIV/AIDS, namun diduga kuat sumber penyebarannya dari suami mereka yang suka "jajan" di luar dengan wanita pekerja seks komersial. Secara diplomatis Alibrandi mengatakan virus mematikan ini bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang status dan jabatan, termasuk di antaranya ibu rumah tangga.

"Siapa pun harus menghindar dari virus tersebut, dengan cara menjaga diri. Kaum wanita lebih mudah terserang virus mematikan itu, karena mereka memiliki risiko yang tinggi tertular HIV/AIDS," ujarnya.

Menurut dia, upaya pencegahan dan penyebarannya serta penyelamatan bagi pengidap HIV/AIDS harus datang dari semua komponen, seperti pemerintah, LSM, perguruan tinggi, dan dari diri sendiri. Alibrandi menguraikan dari total pengidap HIV/AIDS tersebut, 14 persen di antaranya adalah kaum petani, 12 persen adalah pegawai swasta dan ibu rumah tangga 21 persen.

Pengidap yang tidak diketahui pekerjaannya sekitar 11 persen, TKI dan pekerja seks sembilan persen, pengangguran enam persen, sopir lima persen, tukang ojek tiga persen, TNI/Polri, Pelajar, Mahasiswa masing-masing dua persen dan pelaut hanya satu persen. Faktor penyebab tingginya kasus HIV/AIDS karena desakan kebutuhan hidup, faktor psikologis dan faktor sosial masyarakat lainnya.

"Seorang pekerja seks komersial sulit ditawarkan untuk bekerja di sektor lain, karena pekerjaan tersebut dinilai lebih cepat mendatangkan uang," katanya mencontohkan. Jadi, kata Alibrandi, upaya untuk meminimalisir jumlah pengidap HIV/AIDS membutuhkan waktu yang panjang dan harus ditangani secara komprehensip oleh semua unit terkait.(mi)

Sabtu, 18 Desember 2010

Menko Perekonomian Janji Lakukan Aksi untuk Pengungsi

Menko Perekonomian Janji Lakukan Aksi untuk Pengungsi
Kupang, mediaMaumere - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, M. Hatta Rajasa, berjanji akan segera melakukan sejumlah aksi untuk mengatasai persoalan warga Indonesia bekas Timor-Timur di sejumlah lokasi pengungsian di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dari jeratan ekonomi.

"Saya akan segera berkoordinasi dengan sejumlah menteri untuk menangani para pengungsi ini," kata Hatta Rajasa kepada ANTARA News di Kupang, Sabtu.

Menko Perekonomian itu berada di Kupang ibu kota Provinsi NTT untuk membuka Musyawarah Daerah III Partai Amanat Nasional (PAN) NTT.

Kendati masih enggan menyebut langkah konkrit yang akan dilakukan pemerintah pusat kepada masyarakat warga Indonesia bekas Timtim, namun Ketua DPP PAN itu menegaskan akan segera melakukan aksinya, demi mengangkat kehidupan ekonomi masyarakat di lokasi pengungsian tersebut.

"Saya tidak bisa sebut langkah yang akan saya lakukan, namun yang pasati saya akan segera melakukan sejumlah hal untuk membantu mereka dari kesulitan ekonominya dengan berkoordinasi dengan sejumlah menteri," kata dia.

Hatta Rajasa mengaku, sedih dan sangat teriris hatinya ketika melihat langsung kondisi kehidupan warga Indonesia eks Timtim di lokasi pengungsian di Desa Naibonat Kabupaten Kupang NTT yang masih sangat sulit dari aspek ekonomi dan lainnya.

"Saya sedih dan jujur saya menangis melihat kondisi kehidupan ekonomi di sana, saya harus lakukan sesuatu," kata Hatta Rajasa.

Menurut dia, penanganan masyarakat Indonesia eks Timtim di pengungsian memang menjadi tanggung bersama, dan untuk itu, secara riil, pemerintah pusat akan segera melakukan sejumlah intervensi demi pemulihan ekonomi masyarakat itu agar bisa menikmati kesejahteraan.

"Mereka adalah juga bagian dari anak-anak bangsa yang memilik hak yang sama untuk menikmati kesejahteraan, karenanya pemerintah siap melakukan sejumlah aksi di sana," kata dia.

Menjawab kondisi kehidupan perekonomian di NTT yang juga masih sangat jauh dari kemajuan di daerah-daerah lain di Indonesia, mantan Menteri Perhubungan itu mengatakan, telah menjadi perhatian serius pemerintah pusat.

Menurut dia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyo telah mendisain sebuah program penting yang akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan di seluruh wilayah kawasan timur Indonesia.

Dikatakan, pembentukan sejumlah kluster ekonomi di sejumlah wilayah di kawasan timur Indonesia, akan menjadi satu pola yang diterapkan untuk percepatan pembangunan di sejumlah kawasan tersebut.

Dia mengatakan, sejumlah potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing wilayah akan dikembangkan secara bertahap untuk mendongkrak kemajuan dan pengembangan pembangunan di daerah tersebut.

Dia berharap, implementasi disain pembangunan kluster-kluster ekonomi di wilayah-wilayah tersebut bisa segera dilakukan dan mendapatkan dukungan dari seluruh anak bangsa di wilayah masing-masing, sehingga bisa mendorong pertumbuhan dan percepatan pembangunan di wilayah itu untuk mencapai kesejahteraannya.(ant)

Hatta Rajasa: PAN Harus Jadi Partai Pemenang

Hatta Rajasa: PAN Harus Jadi Partai Pemenang
Kupang, MediaMaumere- Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa, mengatakan bahwa akan membawa partai berlambang matahari itu untuk menjadi partai pemenang kedua pada pemilu legislatif 2014.

"PAN harus menjadi pemenang nomor dua dalam pemilu legislatif tahun 2014 mendatang," kata Hatta Rajasa dalam pidato politiknya saat membuka Musyawarah Wilayah III DPD PAN Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang, Sabtu.

Untuk mencapai harapan serta niat tersebut, Hatta Rajasa yang juga Menko Perekonomian itu mengatakan, akan terus mendorong seluruh kader partai dan simpatisan di seluruh Indonesia untuk menggalang persatuan, kerjasama demi terwujudnya niat tersebut.

Dia mengatakan, konsolidasi di internal partai patut dilakukan dengan penuh keterbukaan dan tulus sehingga tidak terjadi penyalahgunaan fungsi bagi setiap pengurus dan simpatisan dalam melaksanakan sejumlah amanat demokrasi yang diberikan dan diberlakukan di partai tersebut.

Demokrasi, kata Hatta Rajasa, jangan dipandang sebagai sebuah sarana, tetapi harus dipandang sebagai sebuah nilai yang menuntut perjuangan nyata untuk pemenuhan kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat di negara ini.

Untuk itu, kepada seluruh kader partai khususnya DPD PAN NTT yang segera melakukan konsolidasi untuk memilih pengurus baru, diharapkan bisa melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab dan jujur, sehingga bisa mendapatkan kader partai yang militan, berdedikasi dan memiliki kepedulian yang tinggi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut dia, menjalankan sebuah roda organisasi seperti partai politik, harus dilakukan dengan penuh ketulusan dan cinta yang tidak memandang suku, agama, ras serta golongan masyarakat yang ada.

"Saya datang ke NTT ini karena kecintaan saya sebagai bagian dari anak bangsa, karena itu para kader dan simpatisan PAN NTT juga harus memberikan cinta dan ketulusan untuk mengurus partai ini demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia," kata mantan Mensesneg itu.

Mantan Menteri Perhubungan itu mengatakan, PAN sejak dibentuk hingga hari ini, adalah partai terbuka dan memiliki komitmen untuk tidak memakai sekat primordial, suku, agama serta ras, namun menjadi partai yang terus memperjuangan semua kepentingan anak bangsa demi pencapaian kemakmuran dan kesejahteraannya.

Ketua DPD PAN NTT, Eurico Guteres, pada kesempatan yang sama mengatakan, siap mengemban amanat partai untuk mempertebal dukungan masyarakat NTT demi mencapai tujuan menjadi yang terdepan dalam perolehan suara pada pemilu legislatif 2014 mendatang.

"Saya berkomitmen untuk melaksanakan tugas tersebut, untuk menjadikan PAN sebagai partai pemiliki suara terbanyak kedua pada pemilu mendatang secara nasional," kata mantan Wakil Panglima Pejuang Pembela Integrasi (PPI) Timor Timur itu.

Konsolidasi di internal partai, kata Ketua Umum Uni Timor Aswain (Untas) itu penting untuk terus dilakukan dengan segala potensi yang dimiliki, demi keberlanjutan dan pencapaian amanat serta tujuan partai tersebut.

"Kalau boleh kita tingkatkan perolehan kursi di DPRD NTT yang saat ini baru satu kursi menjadi lebih dari itu," kata Eurico.

Dia mengatakan dengan Musda tersebut, konsolidasi di internal partai PAN akan semakin lebih baik dan lebih bisa memiliki visi perjuangan yang kuat untuk menggayung suara pada perhelatan politik lima tahunan nantinya.

"Saya berharap akan ada perbuahan dan penataan yang lebih baik ke depan demi peningkatan perolehan suara di pemilu mendatang," kata Eurico Guteres.(ant)

Jumat, 17 Desember 2010

RI-Timor Leste Longgar, Kriminal Marak

Seorang warga eks Timor Timur sedang bersusaha tenangkan massa di halaman Gedung DPRD Belu, NTT. Masa berunjuk rasa menuntut dana kesejaheteraan bagi warga eks pengungsi

Atambua, MM -Pemberlakuan pas lintas batas antara masyarakat perbatasan Republik Indonesia dan perbatasan Timor Leste perlu diwaspadai. Dikhawatirkan, peredaran minuman keras, narkoba, pelanggaran proses perdagangan, dan pekerja hiburan malam akan semakin marak.
Miras tradisional yang disebut sophi atau arak mudah dijangkau masyarakat kelas bawah. Minuman dari Timor Leste atau vine Portugal saat ini juga beredar luas di masyarakat perbatasan kedua negara. Belum lagi jenis miras dari Indonesia.
Narkoba pun akan leluasa beredar di wilayah perbatasan. Pihak-pihak tertentu akan menggunakan jasa masyarakat perbatasan untuk berbisnis narkoba.
Koordinator Pemantau Forum Peduli Masyarakat Belu Yunius Koi Asa di Atambua mengatakan, biasanya setiap pertemuan di antara kedua kelompok masyarakat perbatasan selalu ditandai dengan meneguk miras atau lazim disebut “air kata-kata”.
Mereka sering duduk bersama di pinggir pasar tradisional, kebun, ladang, atau  rumah penduduk untuk meneguk miras sambil bercerita.
Tema yang dibahas antara lain persoalan rumah tangga, adat istiadat, anak-anak, mas kawin, urusan sambut baru, pendidikan, perkawinan, pembangunan rumah, ternak peliharaan, dan hasil panen.
Ini biasa dibicarakan para orang tua, usia di atas 50 tahun dengan pendidikan rata-rata hanya sekolah dasar atau tidak tamat sekolah dasar. Warga usia 15-40 tahun membicarakan masalah pendidikan, politik, sosial kemasyarakatan, dan sedikit menyinggung masalah status politik warga eks Timor Timur di perbatasan RI.
Kelompok usia ini patut diwaspadai. Emosi mereka sangat labil, apalagi dipicu dengan dendam sejarah masa lalu.
“Saya minta pengamanan di pos pintu masuk diperketat. Bila perlu menggunakan detektor seperti di bandara. Ini untuk mendeteksi miras, narkoba, dan senjata api atau rakitan,” katanya.
Putra Belu ini menilai pemberlakuan PLB tidak banyak membawa perubahan di kalangan masyarakat kedua negara. Pihak yang mencari keuntungan di balik ini adalah pengusaha, pedagang, dan pebisnis.
Mereka akan menggunakan warga perbatasan, pemilik PLB, untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin guna meningkatkan bisnis mereka. Pengusaha Dili, misalnya, menggunakan warga perbatasan Timor Leste membeli bahan pokok, elektronik, dan seterusnya kemudian ditimbun di Batugade, lalu diangkut ke Dili.
Marques da Costa, salah satu warga eks Timtim di Motaain, Tasifeto Timur, Belu, dihubungi per telepon mengatakan puas dengan pemberlakuan PLB ini. Selama ini ia bersama keluarga sering kesulitan berkunjung ke anggota keluarga di Batugade.
“Soal miras memang benar. Orang Timtim kalau tidak punya pekerjaan tetap, miras sebagai pilihan untuk menghibur diri. Tetapi, saya harap pemerintah kedua negara bisa mengantisipasi peredaran miras ini,” katanya.
Ia juga mengingatkan aparat keamanan RI di perbatasan akan masuknya warga Timor Leste yang ingin mencari hiburan malam di Atambua dan sekitarnya seperti lokalisasi, bar, dan karaoke. Jasa para pekerja di tempat ini jauh lebih murah dibandingkan di Timor Leste.
Tokoh pejuang intgerasi Timtim ke dalam NKRI ini menegaskan, biasanya miras beredar marak di pusat-pusat hiburan tersebut. Bukan hanya itu, narkoba pun dengan mudah beredar di perbatasan kedua negara.
“Saya menduga, ketika perlintasan ini mulai marak, banyak perempuan pekerja jasa hiburan malam dari Kupang, Surabaya, dan Sulawesi akan berdatangan ke Belu, terutama di pasar-pasar perbatasan kedua negara. Ini patut diwaspadai,” katanya.
Kepala Kepolisian Resor Belu Ajun Komisaris Besar Sugeng Kurniaji mengatakan, aparat Polres Belu sudah mengantisipasi kemungkinan dari penerapan PLB ini. Kegiatan intelijen di perbatasan, terutama titik pertemuan kedua kelompok masyarakat, akan ditingkatkan.
“Hanya kecamatan yang disetujui kedua negara menjadi perhatian serius aparat, seperti Kecamatan Tasifeto Timur. Di kecamatan ini warga Timor Leste bebas masuk-keluar dengan menggunakan PLB tadi. Namun, mereka tidak diperkenankan masuk Atambua dengan PLB, tetapi harus menggunakan paspor,” kata Kurniaji.
Ia memprediksi, jumlah warga Timor Leste melintas ke perbatasan meningkat setelah diberlakukan PLB. Tujuan utama, berbelanja kebutuhan pokok untuk kebutuhan sehari-hari, dan mengikuti upacara adat atau keagamaan.
Sementara kehadiran warga eks Timtim di Batugade dan sekitarnya tidak banyak. Harga kebutuhan pokok di daerah itu sangat tinggi. Rokok, misalnya, dijual dengan harga 5 dollar AS, sementara di Indonesia dijual dengan harga Rp 15.000 per bungkus.
“Kalau 401 warga eks Timtim yang masuk dalam daftar pelaku tindak kriminal berat oleh PBB dilarang masuk ke perbatasan Timor Leste. Tetapi, warga eks Timtim lain tetap diberi kesempatan masuk keluar Timor Leste seperti biasa,” katanya.(kom)

Lewoleba Lagi Marak Karaoke

Lewoleba, MM- Setelah 10 tahun memisahkan diri dari kabupaten induk Flores Timur, Lembata menjadi sorotan berbagai kalangan. Pembangunan fisik di daerah itu boleh dikata kurang berhasil. Akan tetapi, bisnis karaoke, café, dan panti pijat cukup marak di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata.
Kelurahan Pada, sekitar 1 km dari kantor Bupati Lembata misalnya, kini menjadi pusat karaoke dan tempat hiburan malam. Rumah-rumah “bordil” dibangun asal jadi, kemudian disewakan kepada pengelola bisnis esek-esek.
Perempuan pekerja seks di daerah ini sebagian besar dari Surabaya dan Makassar, dengan usia antara 15-45 tahun. Perempuan muda (15-30) biasanya di tempat karaoke dan café malam, sementara perempuan di atas 30 tahun menempati gubuk-gubuk reyot.
Kaum muda Lewoleba atau Lembata hafal persis, rumah yang mana di kompleks pemukiman itu dijadikan tempat prostitusi liar. Tidak ada satu tulisan pun yang tertera di setiap jalan masuk, yang menunjukkan bahwa rumah berukuran antara 10 x 15 meter – 15 x 30 meter persegi itu dijadikan pusat karaoke plus.
“Sebenarnya itu bukan tempat karaoke biasa. Hanya namanya karaoke, tetapi di sini terjadi transaksi jasa  di luar nikah resmi,” kata Markus Ladjar, tukang ojek di Lewoleba, saat ditemui bulan lalu.
Tidak ada tindakan konkrit dari RT atau RW setempat untuk melarang pengalihan fungsi rumah-rumah penduduk. Sepanjang waktu, masyarakat Lembata berdatangan ke lokasi. Tidak hanya warga Lewoleba, tetapi juga dari sembilan kecamatan yang berada di Lembata.
Anak anak muda Lembata dari pedalaman pun sudah hafal tempat-tempat itu. Mereka datang langsung menuju ke sana. Mereka tahu berapa besar uang harus dibawa ke sana untuk membayar jasa para perempuan.
Bahkan, penggemar karaoke plus ini juga datang dari Larantuka, Adonara dan Solor. Mereka ke Lewoleba menggunakan perahu motor, dengan tarif antara Rp 25.000 – Rp 75.000 per penumpang.
Kebanyakan kaum perempuan penghibur ini didatangkan dari Surabaya  oleh pengusaha setempat atas persetujuan Pemkab Lembata.
Malam hari wilayah kelurahan Pada dengan pemukiman penduduk yang masih sangat jarang itu, ibarat pesta. Pada pusat-pusat kegiatan bisnis hiburan malam, tampak lampu kelap kelip, dengan puluhan kendaraan sepeda motor masuk keluar.
Sejumlah pemuda berbadan gempal dan tambun mengaku penjaga keamanan di kompleks itu dalam keadaan mabuk berat. Mereka memalak setiap pengunjung yang datang ke lokasi dengan besaran beranekaragam.
Simon Sole Wutun (43) tokoh masyarakat Pada mengatakan, penduduk setempat tidak  bisa berbuat apa-apa. Tidak hanya anak muda yang datang ke lokasi hiburan itu, tetapi pejabat daerah, pengusaha, tokoh politik dan sejumlah anggota DPRD setempat pun rajin ke sana.
“Kami sudah menyampaikan masalah ini ke camat dan kelurahan, tetapi tidak ada tanggapan serius. Padahal, setiap siang hari kami menyaksikan anak-anak remaja laki-laki, termasuk sejumlah anak sekolah dengan pakaian seragam, berboncengan sepeda motor mendatangi lokasi ini,”kata Wutun.
Masyarakat Pada tidak berani mengambil tindakan tegas. Mereka takut mengambil resiko. Pejabat daerah dan pengusaha setempat selalu “main pukul”. Polisi pun tidak pernah mengambil tindakan tegas terhadap praktek prostitusi illegal tersebut.
Menurut Wutun, pemilik rumah yang dijadikan pusat hiburan liar itu dibangun oleh pejabat setempat. Mereka kemudian menyerahkan kepada anggota keluarga atau pengusaha dari luar untuk mengelola.
Pelaksana Tugas Kepala Bappeda Lembata Paskalis Tapobali mengatakan, izin mendirikan tempat hiburan dikeluarkan dinas pariwisata Lembata. Saat ini terdapat sembilan karaoke.
“Pemerintah akan membongkar rumah penduduk yang dijadikan pusat hiburan liar. Semua tempat hiburan legal telah diberi nama, hanya banyak pengusaha tidak mencantumkan nama itu pada setiap jalan masuk. Mungkin saja pengusaha takut kegiatan seperti itu dipajang secara terbuka kepada masyarakat. Kita akan tertibkan semua ini,” kata Tapobali. (kom)

NTT Dilanda Angin Kencang


Kupang, MediaMaumere - Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini dilanda cuaca ekstrim berupa hujan deras dan angin kencang, sehingga masyarakat dan armada pelayaran terutama kapal nelayan diminta waspada. Namun demikian, kondisi itu belum menganggu penerbangan dan pelayaran feri.Kepala Klimatologi Lasiana Kupang Purwanto mengatakan, itu ketika dihubungi, Kamis (16/12).
"Angin kencang mengakibatkan tinggi gelombang laut berkisar 2-3 meter," katanya.


Ia menjelaskan, angin berkecepatan tinggi terjadi karena adanya tekanan rendah di bagian selatan Benua Australia. Kecepatan angin 35-45 kilometer (km) per jam sangat berbahaya bagi keselamatan pelayaran. Meski begitu, belum ada laporan kecelakaan laut yang diakibatkan angin kencang. Di Kupang, hujan lebat mengakibatkan sejumlah ruas jalan tergenang air sehingga menggangu arus lalulintas. Genangan air terjadi akibat saluran air yang dipenuhi sampah rumah tangga.

Dihubungi terpisah, Manager Operasi PT Feri Indonesia cabang Kupang Arnoldus Yansen mengatakan, tetap mengoperasikan armada pelayaran feri karena tinggi gelombang belum membahayakan. "Kalau kecepatan angin terus meningkat barulah pelayaran dihentikan," katanya.

Akhir pekan lalu, pelayaran antarpulau di NTT sempat dihentikan karena tinggi gelombang lebih dari tiga meter. Sedangkan curah hujan yang cukup lebat terjadi di seluruh wilayah NTT, kemungkinan besar akan terjadi banjir dan tanah longsor sehingga dapat menganggu aktivitas dan mengancam keselamatan. Jalur darat yang perlu diwaspadai ialah yang menghubungkan antara kota-kota di Pulau Flores, Pulau Timor, Alor, dan Sumba.

Purwanto mengatakan, angin kencang tersebut diramalkan berlangsung selama satu pekan. Namun, kondisi ini sulit diramalkan karena cuaca sering berubah-ubah. Nelayan NTT umumnya menggunakan kapal kecil sehingga diminta mewaspadai sejumlah perairan yang bergelombang tinggi dan berbahaya seperti Laut Timor, Laut Sawu, Selat Rote, Laut Flores, Selat Sumba sampai Selat Sape.

Sementara itu di Maumere kabupaten Sikka, akibat angin kencang dan tinggi gelombang yang mencapai 4 meter membuat nelayan enggan melaut. sebagain besar armada nelayan terpaksa berteduh di pelabuhan rakyat wuring kelurahan Wolomarang dan pelabuhan laut L. Say Maumere(mi/fik)

Selasa, 14 Desember 2010

Di Ende Isu "Ngorok" Picu Penjualan Ternak Turun

Ende, MediaMaumere - Isu penyakit "ngorok" atau septicemia epizootica (SE) yang menyerang ternak besar di Kecamatan Maukaro, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, diduga kuat sebagai pemicu menurunnya penjualan ternak besar di wilayah itu.

"Para peternak sapi, kuda, kerbau dan kambing di Maukaro mengeluh penjulalan ternak mereka mulai menurun tahun ini. Biasanya, para pembeli dari Jenepontho, Sulawesi Selatan datang membeli ternak mereka antara Oktober sampai Desember setiap tahun, namun tahun ini sama sekali tidak ada," kata Camat Maukaro Johanis Nislaka di Ende, Senin.

Para peternak menduga, kata Camat Maukaro, keengganan para pedagang dari Jenepontho membeli ternak sapi, kuda, kerbau dan kambing di wilayah itu karena isu penyakit "ngorok" yang menyerang ternak besar di wilayah itu, beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan harga jual ternak besar berkisar antara Rp9 juta hingga Rp13 juta per ekor bagi para pembeli yang datang dari Jenepontho.

Masyarakat setempat, kata dia, umumnya memilih menjual ternaknya kepada para pembeli dari Jenepontho dari pada pembeli lokal, karena orang lokal hanya menawarkan antara Rp6 juta - Rp7,5 juta per ekor.

Nislaka berharap Dinas dan Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende perlu menjelaskan kepada masyarakat soal penyakit SE yang saat ini sudah tidak ada lagi sejak dilakukan vaksinasi secara rutin.

Dia mengakui, wilayah Kecamatan Maukaro merupakan daerah endemik penyakit SE, namun sejak dilakukan vaksinasi secara rutin, penyakit tersebut sudah tidak ada lagi.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan, Regina Ana Awa mengakui kalau Maukaro merupakan daerah endemik penyakit SE, namun saat ini penyakit tersebut tidak lagi menyerang ternak di wilayah itu.

Dokter hewan ini menyarankan agar setiap ternak yang dijual ke luar daerah harus dilaporkan kepada petugas Pusat Kesehatan Hewan sehingga dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

"Pemeriksaan ini masksudnya agar penjual mengantongi surat pemeriksaan kesehatan ternak, dan pembeli juga merasa terjamin atas kesehatan ternak yang dibelinya," katanya menjelaskan.

Ia mengharapkan para peternak di Maukaro agar secara rutin melakukan vaksinasi terhadap ternak piaraannya, dan segera melapor kepada petugas kesehatan hewan jika ternaknya terserang penyakit agar segera diambil tindakan.

Menurutnya, pihaknya tidak pernah melarang penjualan ternak, asalkan saat menjual harus disertai dengan surat pemerikasan kesehatan hewan.

Namun para peternak diharapkan untuk tidak menjual ternak betina produktif karena akan mengancam kepunahan.(ant)

Senin, 13 Desember 2010

BMKG: Labuhan Bajo Diguncang Gempa 5,7 SR


JAKARTA, MediaMaumere - Daerah Labuhan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diguncang gempa kuat, Senin (13/12/2010) malam ini. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa tersebut tidak berpoensi tsunami.  

Menurut data BMKG, gempa tersebut berkekuatan 5,7 Skala Richter (SR) dan terjadi pada pukul 20.30 WIB. Pusat gempa sekitar 19 km barat laut Labuhan Bajo pada kedalaman 156 km. Belum diketahui apakah ada potensi kerusakan akibat gempa tersebut.

Sebelumnya, gempa dengan kekuatan di atas 5 SR juga mengguncang Lampung. Gempa berkekuatan 5,9 skala Richter (SR) terjadi pukul 16.18 WIB berpusat 158 km barat daya Krui atau tepatnya pada koordinat 6,60 Lintang Selatan dan 103,74 Bujur Timur pada kedalaman 25 kilometer.(fik)

Minggu, 12 Desember 2010

Cuaca Buruk, Feri ke Rote dan Larantuka Dibatalkan

Kupang,Mediamaumere- akibat cuaca buruk, pihak PT. Feri Indonesia Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur membatalkan lintas penyeberangan Kupang-Rote dan Kupang-Larantuka pada Minggu (12/12).
"Keadaan gelombang laut kurang bersahabat disertai pula dengan angin kencang, sehingga kami memutuskan untuk membatalkan penyeberangan ke Pulau Rote di Kabupaten Rote Ndao dan Larantuka di ujung timur Pulau Flores," kata Manajer Operasional PT Feri Indonesia Cabang Kupang Arnold Yansen di Kupang, Minggu (12/12).

Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang, kata Yansen, tinggi gelombang di wilayah perairan NTT berkisar antara 1-2 meter dengan kecepatan angin pada kisaran antara 0,8-20 knot/jam. "Keadaan gelombang laut dengan kecepatan angin seperti itu, sebenarnya masih dalam keadaan normal, namun kondisi cuaca saat ini sulit diprediksi sehingga sewaktu-waktu bisa menimbulkan angin kencang dan gelombang tinggi," ujarnya.

Atas dasar laporan-laporan tersebut, lanjut Yansen, manajemen mengambil keputusan untuk membatalkan lintas penyeberangan Kupang-Rote dan Kupang-Larantuka.lebih lanjut dikatakan Yansen, pihaknya juga akan membatalkan sejumlah lintasan penyeberangan di NTT dalam beberapa hari ke depan, jika keadaan cuaca masih sulit diprediksi. "Kami tidak mau mengambil risiko, sehingga memilih menghentikan pelayaran untuk sementara waktu," katanya.

Ia menambahkan pihaknya mengambil langkah untuk membatalkan penyeberangan ke Pulau Rote dan Larantuka, karena menurut laporan navigasi, kecepatan angin sulit diprediksi sehingga bisa memicu terjadinya gelombang tinggi pada situasi yang tidak diduga.

PT Feri Indonesia Cabang Kupang memiliki enam armada pelayaran kapal feri, yakni KMP Umakalada, KMP Ile Boleng, KMP Ile Ape, KMP Ile Mandiri, KMP Cucut dan KMP Balibo untuk melayani lintas penyeberangan Kupang-Larantuka, Kupang-Lewoleba, Kupang-Rote, Kupang-Sabu, Kupang-Ende-Waingapu, dan Kupang-Kalabahi.

Kepala Stasiun Klimatologi Klas II Lasiana Kupang Purwanto yang dihubungi secara terpisah meminta masyarakat untuk mewaspadai angin puting beliung yang sesewaktu akan muncul. "Kondisi puting beliung ini sesewaktu terjadi bersamaan dengan hujan lebat, sehingga dapat menimbulkan kerusakan bangunan bahkan mengancam nyawa manusia, sehingga perlu diwaspadai, termasuk aktivitas di laut," katanya.

Menurut dia, perubahan iklim yang berlangsung ekstrim ini terjadi sejak Agustus dan mengakibatkan terjadinya peningkatan temperatur sekitar 3,05 derajat Celsius, sedang di seluruh dunia naik sekitar 6,5 derajat Celsius. Ia menambahkan perubahan iklim di bumi berdampak pada kenaikan muka air laut di pantai-pantai Indonesia, sehingga diperkirakan Indonesia akan kehilangan pantai sekitar 389.092,6 km2. Ia mencontohkan, kawasan rentan angin kencang di Indonesia di antaranya terjadi di Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara.(ant)

Sabtu, 11 Desember 2010

Jejak Peradaban NTT "Homo Floresiensis", Harta Arkeologi

Mediamumere - Temuan Homo floresiensis di Liang Bua menunjukkan peradaban Pulau Flores sudah sangat tua. Fosil itu diperkirakan setara dengan Pithecanthropus erectus yang ditemukan di Bengawan Solo. Kedua fosil termasuk manusia purba yang memiliki ciri-ciri berbeda dengan manusia modern (Homo sapiens). Fosil Homo floresiensis yang dijuluki hobbit (manusia kerdil) telah mengguncang dunia arkeologi dan menjadi perdebatan sampai kini.

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) meneliti sejak tahun 1970-an. Sempat terhenti karena kesulitan dana, penelitian dimulai lagi tahun 2001 bekerja sama dengan peneliti dari Australia. Tahun 2003, mereka menemukan kerangka manusia kerdil yang menghebohkan itu, yaitu kerangka perempuan setinggi 100 sentimeter (cm) yang diperkirakan terpendam lebih dari 10.000 tahun lalu. Hingga kini tim masih menggali Liang Bua. Lubang menganga dengan mudah ditemui di lantai gua.

Hujan mengguyur deras ketika Tim Ekspedisi Jejak Peradaban NTT tiba di Liang Bua pada pertengahan Oktober lalu. Liang Bua (gua dingin) menjadi hunian ideal untuk berteduh dari derasnya hujan maupun teriknya matahari. Penjaga Liang Bua, Cornelis, menghampiri kami dan menawarkan jasa bertemu manusia kerdil dari Dusun Rampasasa, Kelurahan Waemulu, Kecamatan Waeriri.

Kehadiran lelaki kerdil Victor Dau (80) di Liang Bua menghidupkan gambaran tentang manusia kerdil Homo floresiensis. Dengan tinggi 135 cm, Victor yang tidak bisa berbahasa Indonesia ini mengaku sebagai keturunan dari manusia kerdil yang fosilnya ditemukan terkubur di Liang Bua.

Keberadaan manusia kerdil berukuran kurang dari 150 cm di Dusun Rampasasa memperuncing perdebatan di kalangan ilmuwan. Peneliti Puslit Arkenas meyakini Homo floresiensis adalah spesies purba yang telah punah dan tidak memiliki kaitan dengan manusia kerdil dari dusun itu.

Sebaliknya, tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dipimpin almarhum Prof Dr Teuku Jacob dan Kepala Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi UGM Etty Indriati yang meneliti warga Rampasasa berpendapat, ada hubungan erat antara Homo floresiensis dan manusia kerdil Rampasasa. Menurut mereka, temuan kerangka di Liang Bua adalah manusia modern yang terkena penyakit sehingga tubuhnya kerdil. Mereka menduga, manusia Flores itu adalah salah satu subspesies Homo sapiens ras Austrolomelanesid.

Saat ini, menurut Etty, tim UGM belum melanjutkan penelitian karena kekurangan ahli antropologi forensik. Sebelum tim Puslit Arkenas, seorang pastor yang mendirikan sekolah di Liang Bua, Pastor Verhoeven, menggali dan menemukan beragam bekal kubur serta kerangka manusia modern pada tahun 1965.

Miskin

Kendati Liang Bua telah tersohor ke seluruh dunia, warga masih dibekap kemiskinan. Namun, warga Rampasasa sangat ramah. Tamu akan disambut dengan tetabuhan gendang, secangkir kopi, dan sebotol bir. Anak-anak dengan pandangan ingin tahu segera mengerumuni tamu yang berkunjung ke dusun yang belum tersentuh jaringan listrik maupun air bersih itu.

Empat orang kepala suku—Darius Skak, Petrus Ontas, Rovinus Dangkut, dan Victor Jurubu—menyambut kedatangan kami di rumah adat. Jagung kering tergantung di atap rumah berlantai tanah dengan kalender bergambar artis Ibu Kota menempel di dinding bambunya.

Mayoritas warga Rampasasa bekerja sebagai petani atau buruh proyek dengan upah Rp 30.000 per hari. Anak-anak harus berjalan kaki 3 kilometer (km) ke sekolah dasar dan 15 km ke sekolah menengah pertama terdekat. Sumber air mereka berasal dari sungai.

Ada 70 dari 250 warga dusun itu yang memiliki tinggi kurang dari 150 cm. Menurut Victor, warga mendengar kisah nenek moyang manusia kerdil yang tinggal di gua secara turun- temurun. Karena desakan kebutuhan ekonomi, warga Rampasasa mulai meninggalkan kepercayaan lama. Larangan mengukur tubuh, misalnya, dilanggar demi mendapat uang. Warga juga bersedia diambil darah untuk uji DNA dengan imbalan Rp 150.000 per orang.

Ketua Tim Penelitian Liang Bua dari Puslit Arkenas, Wahyu Saptomo, tetap yakin bahwa Homo floresiensis adalah spesies berbeda dalam garis evolusi manusia. Manusia kerdil ini memiliki pergelangan kaki dan tangan dengan ciri di antara manusia kera dan manusia modern.

Ciri lain, tulang kening sangat menonjol, tidak memiliki dagu, dan volume otak hanya 430 cc. Ini berbeda dengan manusia modern yang volume otaknya 1.400 cc. Homo floresiensis diperkirakan hidup di zaman pleistosen (2 juta-12.000 SM).

Menurut ahli alat batu dari Arkenas, Jatmiko, Liang Bua memiliki empat lapisan kebudayaan prasejarah dari masa paleolitik (batu tua), mesolitik, neolitik, dan paleometalik (logam awal), berupa alat batu seperti kapak perimbas mulai dari yang buatannya masih kasar sampai halus, serta mata anak panah dari logam.

Saat ini, tim Arkenas meneliti temuan lain berupa peninggalan artefak batu berusia sekitar 1 juta tahun di Cekungan Sowa, Flores tengah. Seluruh temuan arkeologi di Pulau Flores menunjukkan hadirnya peradaban yang sangat tua. Peradaban tua itu setara dengan dunia lama di Pulau Jawa. Saat ini, pewaris peradaban itu harus dibangkitkan dari keterpurukan akibat kemiskinan.(mawar kusuma wulan/benny koestanto/kps)