Janji bertemu itu dibatalkan secara sepihak sehingga mengecewakan sebagian besar anak-anak yang tergabung dalam FAS. Mereka menangis histeris dan mengumpat di gedung DPRD Sikka. FAS beranggotakan ratusan anak serta utusan anak dari 21 kecamatan di Kabupaten Sikka.
Guna mengungkapkan kekesalannya, anak-anak itu bermain gitar dan mendendangkan penggalan syair lagu penyanyi kondang Iwan Fals. Wakil rakyat jangan tidur waktu sidang soal rakyat. FAS juga membentangkan spanduk, poster dan berorasi sekitar 30 menit di halaman gedung DPRD Sikka.
Anak-anak menilai DPRD mengabaikannya dan tidak menghargai rekomendasi anak-anak Sikka yang telah susah payah dibahas selama tiga hari di Hotel Nara Room Maumere, 27-29 Juli 2010. Lokakarya anak diprakarsai Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan, Plan Sikka, Wahana Visi Indonesia (WVI), SOS dan CVI.
Kekesalan anak-anak sudah terlihat sejak di Hotel Nara Room sebelum mereka menumpang tiga unit bus menuju Kantor DPRD Sikka, Kamis siang. Mengetahui pimpinan DPRD Sikka tak berada di tempat untuk menerima kedatangan mereka, sebagian anak tampak lemas.
Ada yang menangis dan memegangi kepalanya karena kecewa. Wajah mereka muram dan sedih ketika pembina FAS menyampaikan pertemuan di DPRD batal. Ketua DPRD Sikka, Rafael Raga yang sudah setuju menerima rekomendasi FAS dan berdialog ternyata sudah berangkat sejak Kamis pagi ke Tanarawa guna menjaring aspirasi.
Padahal anggota FAS telah mengenakan pakaian rapi, mereka sangat rindu bertemu wakil rakyat yang jarang dialami anak-anak. Namun, harapan membacakan rekomendasi lokakarya gagal total.
Pinton, panitia lokakarya FAS, mendapat konfirmasi bahwa DPRD sedang melakukan kunjungan kerja. Sekretaris DPRD minta FAS menyerahkan rekomendasi Sabtu (31/7/2010).
Seorang anggota FAS protes dan berteriak lantang. "Kalau Dewan minta kami ke sini hari Sabtu suruh mereka minta izin dulu kepada kepala sekolah. Kami ikut lokakarya saja minta izin di kepala sekolah susah setengah mati. Sekarang mau suruh kami ke sini lagi hari Sabtu."
Claudia Betrudy Bada dari FAS mengungkapkan kekecewaan terhadap DPRD Sikka yang tidak menepati janji. "Mereka yang janji ketemu, tapi mana buktinya? Memang, kami bukan anak dari negeri ini. Kami juga butuh didengarkan. Suara kami adalah suara bangsa ini yang dapat membangun bangsa ini juga.
Bukankah kami penerus bangsa? Kami sudah buktikan bahwa kami bisa bicara. Kami minta jangan kesampingkan kami," kata Claudia sambil menetes air mata.
Stefania Dua Nona dari SOS Maumere, menangis mendengar kabar DPRD Sikka tidak berada di kantornya untuk menerima FAS. "Saya menangis karena saya sangat kecewa. Saya sudah korbankan waktu belajar, tapi suara kami dibaikan. Apakah DPRD Sikka tidak punya anak," kata Stefania di Hotel Nara Room Maumere. (pk/fik)
Dibatalkan Ketua Dewan
JADWAL pertemuan Forum Anak Sikka (FAS) dengan Ketua DPRD Sikka, Rafael Raga, Kamis (29/7/2010), telah disepakati jauh hari. Kesepakatan pertemuan hari itu terjadi setelah panitia mengirim permohonan tertulis pada tanggal 19 Juli 2010 kepada Sekretaris DPRD setempat.
Namun, mendadak pimpinan Dewan membatalkan secara sepihak tanpa pemberitahuan kembali kepada FAS. Dia memilih mengunjungi konstituennya di Tanarawa.
"Kalau dibatalkan, kenapa tidak satu hari sebelumnya? Anak-anak jadi stress, ada yang menangis. Kami bawa mereka ke sini (gedung DPRD) untuk lihat sendiri pimpinan Dewan tidak ada. Kami tidak mau mereka kesal dengan panitia," kata seorang anggota panitia lokakarya kepada Piet Jejalu, anggota Komisi C DPRD Kabupaten Sikka.
Piet mengaku mampir ke gedung DPRD karena melihat tiga unit bus Damri parkir di halaman dan banyak anak-anak yang memenuhi halaman gedung DPRD. Panitia lalu minta Piet menerima FAS. Ratusan masuk ke ruangan DPRD untuk berdialog. Keluhan, kekecewaan FAS dan panitia lokakarya ditumpahkan seluruhnya kepada Piet Jejalu.
"Hari ini saya tidak ikut kunjungan kerja karena jadwal tertunda. Anak-anak FAS bagian dari rakyat Sikka. Saya mau terima mereka, tidak ingin kecewakan mereka. Saya atas nama pimpinan DPRD Sikka anggota DPRD Sikka yang sedang turba minta maaf," kata Piet. (pk/fik)
Rekomendasi FAS
1. Komisi Perlindungan Anak. Untuk Pemerintah tindak tegas pelaku aborsi dan membangun panti asuhan. Untuk DPRD, FAS meminta perlindungan,menghukum pelaku aborsi dan memberikan anggaran panti asuhan.
2. Komisi Pendidikan Anak. Kepada pemerintah agar mengawasi dana BOS dan penyaluran serta memberikan sanksi kepada guru yang tinggalkan tugas. Untuk dewan, buat perda dan alokasi dana pendidikan.
3. Komisi Kesehatan Anak.Untuk pemerintah perhatikan tenaga kesehatan dan honor tenaga kesehatan di daerah terpencil. Untuk dewan, dukung pemerintah dengan alokasi dana kesehatan di daerah terpencil.
4. Komisi Partisipasi Anak. Untuk pemerintah memfasilitasi organisasi anak dan meningkatkan bantuan organisasi anak. Untuk dewan, rancangan anggaran bagi anak dan fasilitas bagi organisasi anak.
Sumber: Forum Anak Sikka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar