KAMPUNG KU

Darat Gunung Masih Terus Berjuang

Desa ini memang masih terus dilanda banyak persoalan dalam kehidupan bermasyarakat setiap hari. Desa ini adalah Desa Darat Gunung.

Desa yang berada di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, atau sekitar 50 km timur Kota Maumere. Desa Darat Gunung mudah ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat melalui ruas jalan negara dari Maumere-Larantuka. Namun desa ini masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan semua elemen di desa itu.

Akses menuju desa ini tidak sulit, tapi ada satu dusun dalam wilayah ini yang masih jauh dari sentuhan sarana transportasi dan akses kota dan pasar, yakni Dusun Natarita.

Secara umum ada dua persoalan yang setiap tahun masih mendera kehidupan warga di Desa Darat Gunung yaitu kondisi jalan dan air.

Kenapa jalan dan air? Kondisi jalan di wilayah ini masih berupa tanah yang selalu sulit dilewati kendaraan bermotor pada musim hujan.

Warga memang sudah lama merindukankan jalan. Kerinduan dan kebutuhan warga telah terjawab dengan kehadiran Progran Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Tahun 2009 di desa ini.

Warga pun menyambut gembira masuknya program ini. Dengan semangat kegotongroyongan dan persaudaraan mereka bahu-membahu mengerjakan proyek jalan menuju Dusun Natarita.

Semangat kebersamaan guna membangun desa sangat nampak. Mereka tak mengenal panasnya terik matahari. Mereka tetap berjuang agar desa atau dusunnya memiliki jalan sehingga bisa memudahkan mereka ke kota dan pasar.

Contoh paling nyata, mereka bisa membawa hasil panen jambu mete dan kemiri ke kota dan pasar. Dari pasar, mereka  bisa membawa pulang barang-barang kebutuhan mereka setiap hari.

Masalah kedua adalah air. Warga masih menjerit kekurangan air. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ini, mereka harus menempuh berbagai cara. Ada yang membeli, ada yang berjalan kaki 5 km dan menggunakan air hujan. Memprihatinkan.

Desa Darat Gunung sebenarnya tidak krisis air bersih. Kades Darat Gunung, Kondradus Padji, ketika ditemui Pos Kupang, mengaku ada dua persoalan di Desa Darat Gunung, yakni jalan dan air.

Dari tahun ke tahun sejak Indonesia merdeka masalah ini belum terselesaikan. Namun, harapan demi harapan warga dan pihaknya kini mulai terjawab dengan adanya program yang masuk ke desa. 

Dikisahkan Padji, Desa Darat Gunung terkenal tandus dan gersang di bagian pedalaman yakni Dusun Natarita yang memiliki 120 KK dan 470 jiwa. Dusun ini jauh dari ruas jalan negara Maumere-Larantuka. Untuk mencapai dusun ini hanya bisa dengan kendaraan truk dan sepeda motor ojek dengan biaya yang tidak sedikit.

Dusun Natarita berada di perbukitan Kecamatan Talibura. Jalan menuju wilayah itu cukup curam dan menanjak. Warga membangun rumah di pinggir lereng dan berkebun di kawasan perbukitan.

Dusun Natarita mempunyai potensi seperti mente dan kemiri. Secara umum Desa Darat Gunung memiliki potensi perkebunan yang bisa membawa perubahan bagi ekonomi keluarga.

Bagi warga desa ini, kondisi alam yang keras tersebut sudah menjadi kehidupan sehari-hari mereka. Meski gersang, mereka pantang menyerah untuk terus mengais kehidupan di wilayah itu. Mereka terus berjuang melawan kekeringan dan kegersangan alam yang cukup memprihatinkan.

Warga Dusun Natarita terus bertahan karena memiliki semangat juang tinggi. Nilai gotong-royong pun masih tertanam kuat di desa itu. Desa Darat Gunung mau berubah melalui kebersamaan. (*)

 

 Jumat, 18 Juni 2010


ADA APA DI BALIK "LIRI KELAN "

oleh Oktavianus fredi & Sherly  Imung

 foto: atas), Kondisi jalan menuju Dusun Liri Kelan, bawah) Kepala Desa Wuliwutik, Helianto Duarte Naruk

 
Dusun liri kelan terletak di wilayah Desa Wuliwutik, Kecamatan Nita, kabupaten Sikka. Dengan tipologi perbukitan ini merupakan salah satu kampung tua di pinggiran Kota Maumere yang berjarak eman kilometer arah barat daya, menyimpan sebuah sejarah dibalik nama LIRI KELAN.

Jalannya berlubang, berbatu dan berdebu. Demikian kesan pertama jika kita menelusuri ruas jalan menuju kampung tua tersebut. Ketika berada di ketinggian, sejenak memandang ke arah timur, maka nampak jelas dan betapa indahnya pesona kota Maumere. Apalagi saat Sang fajar mulai meyembunyikan diri dari pandangan mata manusia. Dengan pesona alam yang indah dibubuhi hawa pegunungan yang khas menyejukkan dan tentunya setiap insan yang menikmati akan terbius suasana. Walau ketika hendak melangkahkan kaki menuju dusun Liri Kelan sepanjang dua kilometer dari pinggiran kota maumere, tak tampak rimbunan pepohanan yang hijau, hanyalah rumput ilalang, bebatuan dan haparan kebun penduduk sekitar yang cemderung memberikan konktribusi yang minus bagi para pemiliknya. 

Sekitar lima ratus meter memasuki pemukiman penduduk dusun Liri Kelan, secara kasat mata tampak sebuah bangunan fasilitas pendidikan yang berada tepat dipinggiran tebing, itulah Sekolah Dasar Negeri Liri Kelan di mana generasi muda mencoba menikmati arti kemerdekaan dalam dunia pendidikan. 

Di seputaran fasilitas pendidikan yang ada, tampak dua insan manusia yang sedang berkemas untuk selanjutnya meninggalkan lokasi pendidikan menuju tumpangan penginapan sementara selama menggeluti profesi sebagai Pengajar.hal ini disebabkan karena tidak adanya fasilitas pendukung berupa Pondokan Guru. 

Bersama kedua pengajar, tim Media Maumere pun melanjutkan perjalanan ke areal pemukiman penduduk sejauh satu kilometer. Dari jarak seratus meter memasuki pemukiman, tampak warga dusun secara swadaya dan bergotong royong mengerjakan rabat jalan kampung yang selama ini sejak tahun 1983 menjadi impian prima warga dusun Liri Kelan. Selang beberapa menit kemudian sampailah pada lokasi penginapan sang guru. Sambil melepas lelah media maumere pun mengutarakan maksud kedatangan ke dusun liri kelan dan sang guru pun langsung mengarahkan media maumere untuk menemui Kelapa Desa Wuliwutik yang jua berdomisili di dusun liri kelan.” Untuk lebih jelas, sebaiknya kita langsung menemui kepala desa saja. Kebetulan kepala desa pun berdomisili di sini,”ungap sang guru.

 
Dengan dibantu sang guru, Tim Media Maumere langsung menemui kepala desa Wuliwutik di kediamannya. Setibanya di rumah kepala desa, dengan ramah sang kepala desa menyambut kedatangan media maumere. Dan media maumere pun kembali menyampaikan maksud dan tujuan berkunjung ke dusun liri kelan.

Liri Kelan Yang Terlupakan 

Setelah mendengar penyampaian maksud kedatangan, kepala Desa Wuluwutik, Helianto Duarte Naruk langsung menceritakan secuil sejarah tentang LIRI KELAN yang hingga saat ini seakan terlupakan dari beranera sejarah yang ada di Kabupaten Sikka.
             
LIRI KELAN merupakan gabungan dari dua kata berasal dari bahasa Sikka Krowe. Liri artinya Tiang dan KELAN artinya gambar/tulisan..........................(Bersambung)