Minggu, 15 Agustus 2010

Frans Seda Jadi Nama Bandara di Sikka

Maumere, Media Maumere,co.cc - Menteri Perhubungan Fredy Numberi akan meresmikan pergantian nama Bandara Udara Waioti di Maumere, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur menjadi Bandara Frans Seda pada Senin (9/8).


"Selain meresmikan pergantian nama Bandara Waioti, Menhub juga akan melakukan peresmian pergantian nama Pelabuhan Laut Sadang Bui menjadi Pelabuhan Lorens Say," kata Bupati Sikka, Sosimus Mitang, di Maumere, Sikka, Minggu (8/8).

Ia menjelaskan, pergantian nama kedua fasilitas perhubungan itu dilakukan untuk menghormati Frans Seda dan Lorens Say, dua tokoh Sikka yang telah berjasa dalam membangun nian Sikka.

Frans Seda adalah ekonom dan politisi nasional. Semasa hidupnya pernah memangku jabatan penting seperti Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan, sementara Lorens Say adalah mantan Bupati Sikka dua periode (1967-1977).

Bandara Udara Waioti Maumere sebelumnya adalah pelabuhan udara kelas III sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan nomor: KM.50/OT/Phb-1978 dan 1983. Sebutan Pelabuhan Udara Waioti diubah menjadi Bandara Udara sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan nomor: KM.68 Tahun 1983 dan selanjutnya disempurnakan dengan Keputusan Menteri Perhubungan nomor: KM.4 Tahun 1995.

Bandara Udara Waioti Maumere diambil dari nama kampung yang berada di bagian ujung landasan sebelah utara pada landasan pacu 23. Wai atau Wair yang berarti Air dan Oti artinya biawak. Di sisi Timur landasan pacu bandara ini terdapat sebuah sungai kecil yang dulu dialiri air dan menjadi tempat hunian kawanan biawak.

Pembangunan landasan dimulai pada 1942/1943 oleh Jepang bersama Raja Sikka Don Thomas Ximenes da Silva dengan mempekerjakan rakyat Sikka dalam kelompok haminte (kelompok swapraja) dengan upah sekitar Rp3 per orang.

Bupati Sikka menjelaskan, bandara udara ini berawal dari landasan batu. Cara pembuatannya dengan menggali tanah sepanjang 1.470 meter dan lebar 30 meter dengan kedalaman 50-60 cm dan kemudian disusun batu sebesar buah kelapa dan ditimbun tanah.

Landasan itu kemudian digunakan untuk pengoperasian pesawat terbang oleh Jepang untuk kepentingan perang dengan menggunakan pesawat jenis Heron dan pesawat tempur lainnya.

Pengelolaan dan perawatan Bandara Waioti setelah peninggalan Jepang dilaksanakan Raja Sikka Don Thomas Ximenes da Silva bersama pihak perusahaan penerbangan Belanda, yang dipimpin Frans Kaunang.

Bandara Waioti kini memiliki landasan pacu sepanjang 1.850 meter sehingga sudah dapat didarati jenis pesawat berbadan lebar seperti Boeing 737 seri 200 dan sejenisnya.

Bupati Sosimus Mitang mengatakan, Frans Seda dan Lorens Say sudah sangat dikenal oleh masyarakat Sikka. Kedua tokoh ini telah membesarkan Sikka dengan caranya masing-masing.

"Frans Seda dalam beragam posisinya di tingkat nasional, sudah banyak memberi perhatian dan wujud cinta kasihnya pada masyarakat Sikka. Begitu juga Lorens Say sebagai mantan Bupati Sikka yang telah meletakan dasar dan arah pembangunan di Sikka. Sudah sepatutnya menghargai kedua tokoh yang telah membesarkan Sikka," kata Mitang.(ant/CA/fik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar