Kasus Pertama di Sikka selama Puluhan Tahun
Maka waspadalah para penjaga gereja dan kapela (koster) di Kabupaten Sikka dan sekitarnya yang biasanya tidak mengunci pintu-pintu rumah ibadah umat Katolik itu.
Sebuah gong kuning besar yang dibawa dari Austria, sebuah tabernakel serta sejumlah peralatan misa telah dicuri dari dalam kapela di Seminari Carmel-Nita dan Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero ketika para mahasiswa liburan baru-baru ini.
Mimpi mendapatkan uang dengan menjual besi tua rupanya menginspirasi dua orang pelajar, Y Adriano (15) dan F Aryanto (16) mengikuti ajakan rekannya yang sudah drop out, Gabriel Emilianus (16). Mereka menggasak peralatan misa di Kapela Ledalero dan Carmel Nita serta flash disc dari kamar tidur para frater.
Peralatan misa tersebut ditempa hingga bentuknya tak beraturan lalu dimasukkan ke dalam karung untuk dibawa kepada pengepul besi tua di Nita dan Maumere. Peralatan itu dijual 15.000/kg di Nita dan Rp 20.000/kg di Maumere. Sedangkan flash disc berisi dokumen penting mata kuliah para mahasiswa Ledalero (frater) dihapus untuk diisi lagu-lagu.
Kasus pencurian peralatan misa ini merupakan kejadian pertama di Nita selama puluhan bahkan ratusan tahun. Kasus pencurian ini menjadi buah bibir umat Katolik di Nita dan sekitarnya sebab belum pernah terjadi sebelumnya.
Kapolres Sikka, AKBP Drs. Agus Suryatno, melalui Kapolsek Nita, Ipda Flavianus Lavi, S.H, didampingi Kanit Reskrim, Brigpol Taufikur Rahman membenarkan terbongkarnya pencurian ini saat ditemui, Rabu (25/8/2010).
Kasus ini bermula dari laporan Satpam Ledalore pada 18 Agustus 20010. Polisi mengembangkan penyelidikan dan mengidentifikasi para pelaku. Emil pertama kali ditangkap polisi ketika sedang nongkrong di lapangan voli di Nita. Dari keterangan Emil, terkuaklah keterlibatan dua rekannya Adriano dan Aryanto yang masih duduk di bangku SMP dan SD.
Emil sebenarnya telah menjadi target polisi. Sekitar bulan Juli 2010, dia sendirian melakukan tiga kali pencurian yakni 17 Juli 2010 di Ledalero, 19 Juli 2010 di Ledalero dan 29 Juli 2010 di Wisma Rafael Nita, tempat penginapan para frater.
Pencurian terakhir pada Agustus 2010 melibatkan dua orang rekannya. Semua aksi pencurian dilakukan siang hari sekitar pukul 14.00 Wita. "Waktu dia (Emil) curi kaki lilin di Carmel (letaknya bersebelahan dengan Polsek Nita), frater kejar dia. Orangtuanya juga dipanggil, tapi dia tidak mengaku," kata
Flavi.
Dia menambahkan peralatan misa ukuran kecil dan besar diambil di dalam gereja lalu ditempa dengan batu menjadi tak berbentuk kemudian dibawa kepada pengepul besi tua. Mereka menjual kepada pengepul Budi di Nita seharga Rp 15.000/kg.
Sedangkan tabernakel (peti penyimpanan hosti) terlampu berat sehingga tidak bisa dipikul ketiga remaja itu. Mereka membuangnya begitu saja di sekitar kapela Ladalero. Namun, sebuah gong besar dari Austria dibawa utuh lalu dijual kepada pengepul di Kota Uneng, Maumere.
"Pengepul di Maumere heran. Dia mengatakan ini gong masih bagus, sehingga dia beli dan menyimpannya. Dia yakin ada orang yang akan mencari lagi. Sedangkan tabernakel tidak bisa dibawa pergi ke Maumere karena terlampau berat, dibuang kembali," kata Flavi.
Flavi yang sudah dua tahu lebih bertugas di Nita mengaku prihatin dengan kasus pencurian peralatan misa. Dia mengimbau kepada penjaga gereja mengunci pintu-pintu gereja. "Dulu, gereja dibiarkan terbuka sampai malam tak masalah, karena tidak ada yang berani yang curi. Fenomena terakhir, ternyata orang tidak lagi takut masuk dan curi dalam gereja," demikian Flavi. (pk)
Barang yang Dicuri
1. Lima buah flash disc
2. Empat buah speacker
3. Satu buah tas
4. Satu buah ember kuningan tempat air berkat
5. Dua buah lonceng kecil
6. Satu buah tempat kemenyan
7. Dua buah tempat lilin
8. Satu buah ukup
9. Satu buah gong besar
10. Satu buah walkman
11. Satu buah remote control
12. Satu Tabernakel (Ditinggalkan lagi karena sulit dibawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar